REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti mengatakan, memang masih ada SMP yang menggunakan tes seleksi masuk bagi para calon siswanya.
Tes itu, berupa tes tertulis untuk menyeleksi para siswa yang mau masuk SMP, namun kalau jumlah SMP yang melakukan itu ada berapa, pihaknya tidak memiliki datanya.
"Saya kira sebaiknya SMP yang tetap melakukan tes seleksi secara tertulis tidak perlu dilarang oleh pemerintah. Sebaiknya kebijakan SMP untuk mengadakan tes seleksi atau tidak itu diserahkan pada kebijakan masing-masing sekolah saja, tidak usah diatur-atur," kata Retno.
Retno mengaku memahami kegalauan sekolah sampai melakukan tes seleksi masuk. Ini terjadi karena setiap sekolah di Indonesia belum memiliki standar yang sama, ada yang fasilitasnya bagus dan gurunya berkualitas, namun ada yang fasilitasnya sangat minim, gurunya juga kurang.
"Kalau seleksi hanya berdasarkan nilai rapor saja itu tidak cukup. Sebab nilai rapor itu tidak standar, antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya sebab ada sekolah yang murah nilai, ada yang sekolah pelit membeli nilai," ujar Retno.
SMP, terang Retno, juga memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Kalau calon siswa yang mendaftar terlalu banyak, tentu harus ada seleksi masuk. "Tidak bisa semua siswa diterima dalam satu sekolah yang diinginkan, mereka yang tidak lulus bisa mencari sekolah lainnya yang sesuai," katanya menerangkan.