REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3i) berkomitmen memberantas jumlah pengangguran Indonesia lewat pendidikan. Pasalnya, sejumlah perguruan tinggi pun tidak bisa menjamin lulusannya bakal terserap di industri kerja.
Situasi itu pun menurut pendiri LP3i, Syahrial Yusuf perguruan tinggi secara umum seolah terkesan seperti pabrik pengangguran. Syahrial menilai lulusan perguruan tinggi hingga kini seringkali ditemukan ketidaksesuaian atau relevansi dengan kebutuhan dunia kerja, materi yang diajarkan cenderung kebanyakan teori, kurang praktik, kurang soft skill, dan juga kurang penyiapan jiwa kewirausahaan.
Untuk itulah, Syahrial yang dikenal dengan menekankan sumber daya manusia seharusnya itu memiliki keterampilan kerja. Tak cukup itu saja, lulusan yang dicetak nantinya juga bisa diasah kemampuannnya meningkatkan soft skill dan kemampuan untuk berbisnis.
“Keunggulan kompetitif harus dimiliki, termasuk kemampuan interpersonal agar para perekrut kerja berminat untuk merekrutnya,” kata Syahrial dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/7).
Ia mengatakan tenaga kerja handal terpaksa patut dipersiapkan. Sebab tantangan di era globalisasi yang menuntut kualitas tenaga kerja yang mumpuni tak bisa dihindarkan.
Apalagi Indonesia disebut-sebut memiliki kesempatan emas ke depan akibat banjirnya bonus demografi. Menurutnya itu harus disambut dengan persiapan matang.
“Kehadiran pendidikan kompetensi yang orientasinya fokus dunia kerja sangat diperlukan untuk menjawab tantangan tenaga kerja Indonesia ke depan agar mereka cepat terserap pasar tenaga kerja dan pada akhirnya menurunkan angka pengangguran nasional,” ucapnya.