REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peserta Pesantren Sains dan Matematika sedang membuat sebuah model (miniatur percobaan) terjadinya proses gerhana matahari. Para peserta yang berasal dari tingkat SMP ini mempraktikannya dengan alat-alat yang diberikan oleh para pembimbing.
Mereka mengunakan alat-alat uang sederhana, di antaranya kertas karton, bola, tali, sumpit, lem, dan baterai. Para peserta terdiri dari berbagai kelompok, di mana satu kelompok terdiri dari tujuh orang.
Sesekali wajah mereka terlihat bingung, namun adanya kerja sama dan diskusi sesama anggota kelompok membuat mereka perlahan tapi pasti membuat model gerhana matahari. Para pembimbing membebaskan peserta membuat model tersebut sesuai kreativitasnya. Yang terpenting, konsep gerhana matahari tersebut sesuai dengan fakta sebenarnya.
Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara bumi dan matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya matahari. Walaupun bulan lebih kecil, bayangan bulan mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya.
Lewat praktik ini, para pembimbing tidak hanya ingin mengajarkan bagaimana terjadinya proses gerhana matahari, tetapi juga hendak memberi pemahaman tentang kebesaran Allah SWT. Terbukti, pembuatan miniatur gerhana tersebut membuat para peserta bingung. Padahal itu hanyalah gerhana 'buatan'. Sebaliknya, Allah SWT dengan begitu mudahnya menciptakan gerhana matahari sungguhan. Tahap-tahap rasa syukur ini yang juga hendak diberikan terhadap para peserta Pesantren Sains dan Matematika.
Kegiatan yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB ini merupakan rangkaian Dzikir Nasional Republika ke-15 di Masjid At-Tin. Pesantren Sains dan Matematika dikomandoi oleh penggagas Klinik Pendidikan MIPA (KPM) Raden Ridwan Hasan Saputra.