REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim bisa memaknai Tahun Baru Islam 1440 H dengan berbagai pandangan. Hal itu tentu didasarkan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.
Ketua Umum Wahdan Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin memandang salah satu hal yang bisa dimaknai dari Tahun Baru Hijriyah adalah membangun optimisme sesama umat Islam. “Jadi, Tahun Baru Hijriyah artinya membangun optimisme untuk kemenangan,” kata dia kepada Republika.co.id Selasa (11/9).
Menurut dia, makna hijrah paling penting adalah menentukan tempat yang lebih baik dari meninggalkan tempat buruk. Artinya, hijrah adalah mencari tempat yang bisa menjaga keimanan dan keakhlakan seseorang. Selain itu, ia melanjutkan, makna hijrah juga bisa diartikan meninggalkan kemaksiatan menuju ketaatan.
Ustaz Zaitun menyebut salah satu makna hijrah adalah satu kemenangan. Sebab, ia beranggapan hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah adalah momentum kemenangan. Kondisi itu membuat Rasulullah SAW mendapat dukungan dari kaum Muslimin yang terkonsolidasi. “Hijrah ini bangun persaudaraan. Itu yang ditekankan Rasulullah selama hijrah, termasuk persatuan,” ujar dia.
Pun demikian dengan kondisi Indonesia, Ustaz Zaitun menilai Tahun Baru Hijriyah bisa dimaknai sebagai momentum mengajak Indonesia hijrah pada kondisi yang lebih baik. Ia menyontohkan salah satu yang bisa dilakukan, yakni bersungguh-sungguh memilih pemimpin yang dipandang baik. Sebab, ia mengatakan, hijrah itu memberi motivasi orang-orang untuk berjuang memperbaiki kondisi.
Ia beranggapan tidak ada amalan khusus yang dilakukan saat Tahun Baru Hijriyah, kecuali berpuasa. Sebab, puasa di bulan Muharram adalah sunnah Rasulullah SAW. “Kalender hijriyah ini adalah satu penanggalan yang banyak berkaitan dengan ibadah. Ini juga berhubungan dengan sejarah Islam," kata dia.