Rabu 26 Sep 2018 16:51 WIB

ADB Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun Ini 5,2 Persen

ADB memperkirakan pertumbuhan ekspor RI diprediksi akan melambat dalam jangka pendek

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 bisa mencapai 5,2 persen. Hal itu serupa dengan proyeksi pemerintah walaupun masih berada di bawah asumsi APBN 2018 yang sebesar 5,4 persen.

"Meski lingkungan global cukup berat, perekonomian Indonesia diproyeksikan masih tumbuh dengan baik tahun ini dan tahun depan. Fundamental perekonomian masih solid dengan prospek pertumbuhan yang baik dan inflasi masih terkendali. Posisi fiskal masih terkelola dengan baik dan sejumlah telah diambil guna menjaga stabilitas," kata Kepala Perwakilan ADB di Indonesia Winfried Wicklein dalam publikasi ekonomi Asian Development Outlook 2018, Rabu (26/9).

Dia menyebut, pertumbuhan ekspor diprediksi akan melambat dalam jangka pendek. Meski begitu, permintaan domestik akan bertahan walaupun kebijakan moneter digunakan untuk memitigasi tekanan eksternal dan mendorong stabilitas.

Konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan tumbuh stabil. Kenaikan pendapatan diiringi dengan pertumbuhan lapangan kerja diyakini dapat membantu mempertahankan tingkat konsumsi. Konsumsi rumah tangga juga akan terbantu oleh harga yang stabil dengan perkiraan inflasi rata-rata sebesar 3,4 persen pada 2018 dan 3,5 persen pada 2019.

Investasi swasta dinilai akan tumbuh seiring dengan adanya perbaikan lingkungan usaha melalui pembenahan infrastruktur, peningkatan logistik, dan penyederhanaan peraturan. Dengan investasi yang lebih kuat dan pertumbuhan ekonomi melaju, defisit transaksi berjalan (CAD) diperkirakan akan melebar ke level 2,6 persen terhadap PDB pada tahun ini dan tahun depan.

ADB menilai, di tengah ketidakpastian perekonomian global, kebijakan efektif yang menyeimbangkan pertumbuhan dengan stabilitas sangat penting. Kebijakan fiskal diyakini tetap dijalankan dengan hati-hati dengan defisit anggaran rendah dan utang pemerintah sebesar 30 persen terhadap PDB.

Wicklein menyarankan, Indonesia perlu melanjutkan upaya dengan mengambil langkah-langkah untuk mendorong prospek jangka menengah dan panjang bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menguntungkan semua penduduk.

"Hal ini akan memerlukan investasi besar dan dipercepat untuk infrastruktur utama, perbaikan pendidikan, dan keterampilan serta reformasi ekonomi," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement