Kamis 04 Oct 2018 17:05 WIB

Wapres AS: Cina Ingin Donald Trump Lengser

Pence menuduh Cina membidik industri yang berkontribusi dalam pemilu 2018.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Wapres AS Mike Pence
Foto: AP
Wapres AS Mike Pence

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence menuding Cina mencoba melemahkan Presiden AS Donald Trump. Beijing, kata Pence, menggunakan kekuatannya untuk mengintervensi kebijakan domestik dan politik AS.

Menurut Pence, Cina memang tak menghendaki Trump menjabat sebagai presiden AS. “Cina menginginkan presiden Amerika yang berbeda,” kata Pence dalam naskah pidato yang akan dibacakannya di Hudson Institute pada Kamis (4/10), dikutip laman NBC News.

Pada kesempatan tersebut, Pence juga menuduh Cina membidik industri dan negara bagian yang akan berkontribusi signifikan dalam pemilu 2018. “Dengan satu perkiraan, lebih dari 80 persen wilayah AS yang menjadi sasaran Cina memilih Presiden Trump pada 2016. Sekarang Cina ingin mengubah pemilihan ini melawan pemerintahan kami,” katanya.

Pidato Pence itu datang setelah Trump menuding Cina berencana mengintervensi pemilu AS pada 2018 dengan membantu Partai Demokrat. “Kami menemukan bahwa Cina telah mencoba untuk ikut campur dalam pemilu 2018 mendatang,” kata Trump pekan lalu dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.

Trump cukup yakin Cina tidak menginginkannya sebagai presiden karena dia adalah satu-satunya yang berani melawan Beijing. “Mereka (Cina) tidak ingin saya atau kami menang karena saya adalah presiden pertama yang pernah menantang Cina dalam perdagangan,” ujar Trump.

Saat ini, Cina dan AS memang sedang terlibat perang dagang berupa peningkatan bea tarif impor bagi produk-produk masing-masing negara. Hal itu telah membuat hubungan kedua negara memanas.

Tak hanya dalam perdagangan, Cina dan AS juga terlibat perselisihan terkait klaim di Laut Cina Selatan. Beijing diketahui telah mengklaim hampir seluruh wilayah perairan tersebut sebagai bagian dari teritorialnya.

Klaim itu ditolak dan ditentang negara-negara Asia Tenggara, termasuk AS. Belum lama ini AS menerbangkan pesawat pengebom B-52 berkekuatan nuklir di atas Laut Cina Selatan. Cina memprotes keras tindakan AS karena dinilai provokatif. Namun, AS menyatakan bahwa kebebasan navigasi masih berlaku di wilayah tersebut.

Keputusan AS untuk menjual peralatan militer senilai 330 juta dolar kepada Taiwan juga telah membuat Cina geram. Sebab, bagaimanapun Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memberontak. Sokongan peralatan militer AS tentu dipandang sebagai anacaman oleh Beijing.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement