Senin 15 Oct 2018 14:54 WIB

Konferensi Wisata Halal IMF-WB Digelar di Lombok

Para pembicara menyatakan besarnya potensi pariwisata halal untuk dikembangkan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah perahu nelayan bersandar seusai melaut di tepi pantai Pelabuhan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Rabu (25/7). Potensi segmen wisata halal dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup halal saat ini.
Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Sejumlah perahu nelayan bersandar seusai melaut di tepi pantai Pelabuhan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Rabu (25/7). Potensi segmen wisata halal dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup halal saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kunci penguatan ekonomi Indonesia, khususnya dari sisi penerimaan devisa, adalah peningkatan sektor pariwisata. Bentuk wisata yang berpotensi dikembangkan adalah wisata halal sehingga turut mendukung pengembangan ekonomi syariah. 

Hal tersebut mengemuka dalam konferensi internasional hari ini (15/10) di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dilaksanakan sebagai kegiatan lanjutan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, konferensi tersebut merupakan kegiatan internasional pertama yang diselenggarakan di Lombok, pascagempa.

Dihadiri delegasi Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia yang berasal dari berbagai negara, tema yang diangkat dalam konferensi adalah Strengthening Islamic Economy Through Halal Tourism: Challenges, Opportunities and Prospects. Panel diskusi berisi pembicara-pembicara ahli di bidang ekonomi syariah.

Diantara pembicara adalah Direktur Jenderal Islamic Research and Training Institute (IRTI), Islamic Development Bank (IDB) Prof. Dr. Humayon Dar yang berasal dari Saudi Arabia dan CEO GMTI Mastercard Crescent Rating, Singapura, Fazal Bahardeen.

Ekonomi dan keuangan syariah merupakan salah satu tema yang didorong Indonesia dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018. Dalam diskusi kali ini, para pembicara menyatakan besarnya potensi pariwisata halal untuk dikembangkan mengingat banyaknya jumlah umat muslim di dunia. 

Di sisi lain, wisata halal juga menghadapi berbagai tantangan, terutama  dari sisi budaya, demografi, tujuan maupun alokasi biaya yang dikeluarkan untuk berwisata. Untuk itu diperlukan pemahaman lebih dalam dari berbagai pihak dalam pengembangannya.

Dilansir siaran pers Bank Indonesia, hal lain yang mengemuka adalah bahwa wisata halal tidak dapat berdiri sendiri melainkan menjadi bagian dari keseluruhan industri halal. Yang juga mencakup sektor finansial dan pembiayaan. 

Untuk itu, dari sisi Indonesia, sangat disadari pentingnya kerja sama dengan berbagai negara, pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mendorong pengembangan wisata halal. Kerja sama juga perlu dilakukan dengan pemangku kepentingan di daerah-daerah wisata halal.

Lombok yang dikenal sebagai pulau dengan 1000 masjid, memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata halal di Indonesia. Jumlah wisatawan yang datang ke Lombok meningkat 50 persen dari satu juta wisatawan di tahun 2016 menjadi 1,5 juta di tahun 2017. 

Mayoritas wisatawan berasal dari Australia, Malaysia, Singapura dan dari beberapa wilayah di Indonesia. Lombok telah dicanangkan sebagai The Best Destination for Halal Tourism Resort di dunia dari CNBC Indonesia di tahun 2017 dan Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2018. 

Selain itu, Lombok juga berhasil mendapatkan penghargaan The World Halal Tourism dua tahun berturut-turut di tahun 2015 dan 2016 di Dubai sekaligus sebagai The World Best Halal Honeymoon Destination. Kegiatan kali ini ini diharapkan dapat menunjukkan kepada masyarakat internasional mengenai keindahan dan ketahanan Lombok, sekaligus mendukung pemulihan ekonomi Lombok.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement