REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pasca dua pekan kehilangan jurnalis senior Saudi, Jamal Khashoggi, Kerajaan Arab Saudi akhirnya mengakui Khashoggi meninggal di dalam gedung Konsulat Saudi di Turki. Penyebab kematian Khashoggi dalam investigasi awal akibat terlibat cekcok dan perkelahian.
Jamal Khashoggi adalah seorang jurnalis berusia 60 tahun, berkewarganegaraan Arab Saudi yang tinggal di Amerika Serikat. Ia sekaligus seorang kolumnis dan kritikus Pangeran Mahkota Muhammad bin Salman.
Sebelum Saudi mengakui bahwa Khashoggi terbunuh, para pejabat sebelumnya bersikeras bahwa dia telah meninggalkan konsulat sebelum menghilang. Namun, laporan demi laporan serta dinamika isu terus berkembang yang menyatakan Khashoggi di mutilasi. Respons dunia pun beragam usai menyaksikan pernyataan Saudi bahwa Khashoggi meninggal akibat perkelahian.
Salah satu respons datang dari Amnesti Internasional. Arab Saudi, oleh Amnesti Internasional diminta untuk segera membentuk tim khusus penyelidikan Kashoggi. Hal itu agar ahli forensik dapat melakukan pembuktian sesuai standar internasional.
“Pihak Saudi yang mengklaim bahwa Jamal Khashoggi meninggal akibat perkelahian di dalam Konsulat tidak dapat dipercaya dan menandai rendahnya jaminan hak asasi manusia di Saudi,” kata Samah Hadid, Direktur Kampanye Timur Tengah Amnesti Internasional, Sabtu (20/10).
Dilansir dari Aljazeera, Ahad (21/10), respons dari berbagai pimpinan dunia dari negara-negara Eropa turut bermunculan setelah mendengar pernyataan Arab Saudi.