REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika pengaruh Abbasiyah melemah, baik secara politik, ekonomi, maupun militer, muncul sebuah dinasti yang membawa pembaruan dalam percaturan politik dunia Islam. Seljuk, demikian nama dinasti itu, yang berkuasa dari abad ke-11 sampai abad ke-13.
Dinasti itu berasal dari keturunan Seljuk bin Duqaq, pemimpin kabilah Guzz dari Turkistan. Wilayah kekuasaan dinasti ini meliputi Asia Kecil dan Asia Tengah. Sejarah mencatat, ada lima cabang Dinasti Seljuk, yaitu Seljuk Iran, Seljuk Irak, Seljuk Kirman, Seljuk Asia Kecil, dan Seljuk Suriah. Masing-masing cabang itu menguasai wilayah mereka sendiri.
Masa kejayaan dinasti ini tercapai pada masa pemerintahan Sultan Maliksyah. Saat itu, ilmu pengetahuan dan ilmu agama berkembang pesat. Di Baghdad, misalnya, didirikan Madrasah Nizamiyah dan Madrasah Hanafiyah. Di sinilah para pelajar menuntut ilmu dan berdiskusi.
Berdirinya madrasah ini membuat ilmu pengetahuan kian berkembang. Ilmuwan-ilmuwan Muslim pun bermunculan. Sebut saja, misalnya, az-Zamakhsyari di bidang tafsir, bahasa, dan teologi, al-Gazali di bidang ilmu kalam dan tasawuf, serta Umar Khayyam di bidang sastra.
Tak ketinggalan, dinasti ini menorehkan pencapaian di bidang arsitektur. Hal ini tampak dari sejumlah bangunan indah dan megah yang mereka bangun. Mulai dari Menara Masjid Agung Aleppo, Masjid Jumat di Isfahan, hingga Benteng Merah (Kizil Kule) di Turki.