Oleh: Abdullah Sammy
Wartawan Sepak Bola Republika
Kalau sepak bola dijadikan kontes seni, layaknya piala Oscar, juara Piala Eropa 2012 sudah bisa dipastikan mejadi milik Spanyol. Jika sepak bola jadi ajang kontes idola, sudah pasti Inggris yang keluar sebagai juaranya.
Namun sepak bola bukanlah ajang seni yang hanya bisa dinilai dari catatan kualitas sang pelakon di atas rumput hijau. Sepak bola bukan pula ditentukan oleh jumlah dukungan yang memadati seisi stadion. Sepak bola adalah takdir dan usaha 11 manusia selama 90 menit.
Takdir dan usaha ini ibarat sebuah Renaisans bagi sepak bola Eropa tahun 2012. Kedua hal itu mematahkan anggapan bahwa sepak bola adalah sebuah rumus eksak yang bersemayam pada tiki taka Bercelona dan Spanyol.
Gelar juara Liga Champions 2012 yang direbut Chelsea jadi pembuktian akan kekuatan takdir dan usaha selama 120 menit pertandingan.
Dari segala sisi keindahan, The Blues sama sekali tidak masuk hitungan. Jika Liga Champions dijadikan kontes penghargaan musik, Chelsea pun dijamin tidak akan masuk nominasi calon penerima piala.
Chelsea pun menjadi peserta yang bakal tereliminasi di babak awal bila Liga Champions memakai ukuran pupolaritas layaknya kontes idola. Namun takdir dan usaha keras Chelsea mampu mengantar mereka menjadi juara, sekalipun harus bermain di bawah tekanan 90 ribu publik Nou Camp serta melawan 60 ribu manusia di Alianz Arena.
Penuh Kejutan
Fenomena Chelsea ini bisa jadi gambaran situasi persaingan di Piala Eropa --kejuaraan selama sejarahnya yang kerap menghasilkan kejutan.
Secara kualitas kasat mata, kita boleh dengan mudah menyebut nama Spanyol, Jerman, dan Belanda sebagai favorit utama calon juara Eropa 2012. Namun dengan hanya mengandalkan kualitas, sebuah tim tidak lantas akan melenggang mulus menjadi Raja Eropa.
Catatan panjang sejarah Piala Eropa telah membuktikan bahwa tim berstatuskan unggulan justru lebih sering terkapar dibanding mengakhiri kompetisi di podium juara. Piala Eropa 1960, Prancis yang berstatuskan tuan rumah dan peringkat tiga Piala Dunia 1958, justru harus merelakan titel juara ke tangan Soviet.
Spanyol yang jadi bulan-bulanan di Piala Dunia 1962 Chile, justru jadi kampiun Eropa tahun 1964. Cekoslovkia yang tengah terpuruk sepak bolanya pasca gagal lolos ke Piala Dunia 1974, malah jadi juara Piala Eropa di tahun 1976.
Saat Piala Eropa memakai format babak grup sejak 1980, kejutan pun jadi kelaziman. Puncaknya saat tim Dinamit Denmark meledakkan Eropa tahun 1992 setelah menaklukkan favorit juara Jerman di final. Denmark mampu jadi juara saat statusnya hanya sebagai tim pengganti Yugoslavia yang didiskualifikasi .
Kejutan kembali terjadi saat kejuaraan Piala Eropa musim 2008. Yunani, tim yang mengandalkan permainan bertahan sepanjang 90 menit, justru tampil sebagai kampiun. Negeri para Dewa itu keluar sebagai juara dengan menaklukkan tuan rumah Portugal lewat satu sepak pojok yang ditanduk Angelos Charisteas.
Misteri Piala Eropa
Dengan fakta yang tersaji di atas, maka sah-sah saja bila gelandang utama Spanyol, Xavi Hernandez, angkat suara. “Piala Eropa jauh lebih sulit dibanding Piala Dunia. Di turnamen ini tidak ada tim “Cinderlela” layaknya Arab Saudi atau Honduras di Piala Dunia. Di turnamen ini semua tim bisa mengalahkan anda,” ungkap Xavi seperti dikutip El Pais.
Merujuk perkataan Xavi di atas, maka daftar unggulan hanya sebatas label yang memanaskan bursa taruhan judi di dunia. Sekalipun Yunani dan Denmark jadi negara yang paling tidak diunggulkan di bursa taruhan Piala Eropa 2012, namun keduanya berpotensi membuat ledakan seperti yang sudah dibuktikan tahun 1992 dan 2008.
Perhatian serius juga patut disorot pada tim Italia. Sekalipun tidak termasuk daftar unggulan kejuaraan, namun Azzurri punya potensi membuat kejutan bila melihat banyaknya pemain muda berkualitas seperti Mario Balotelli dan Sebastian Giovinco.
Terlepas catatan historis dan prediksi pengamat, Piala Eropa 2012 siap meretas takdirnya sendiri di Polandia dan Ukraina. Sebanyak 16 tim peserta dan jutaan pendukung siap berdegup jantungnya selama bola bergulir di atas rumput hijau.
Selama itu pula, gelar Piala Eropa tetap akan jadi misteri akan siapakah yang menggenggamnya di akhir kompetisi. Piala Eropa akan jadi misteri karena ini bukanlah ajang penghargaan Oscar atau kontes idola. Inilah sepak bola!
Selamat menanti suratan takdir sepak bola tahun 2012..