Rabu 12 Dec 2018 22:17 WIB

Kepada Republika, Iran Beberkan Kunci Eksis dari Embargo

Iran dan Barat pernah mesra sampai akhirnya Iran mendeklarasikan Republik Islam.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Cultural Counsellor Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia Mehrdad Rakhshandeh memberikan paparan saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Rabu (12/12).
Foto: Republika/Prayogi
Cultural Counsellor Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia Mehrdad Rakhshandeh memberikan paparan saat berkunjung ke Kantor Republika, Jakarta, Rabu (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Iran menghadapi tekanan dunia internasional terutama AS dan sekutunya. Bagaimanakah negeri para mullah ini bisa bertahan  dan tetap eksis mengatasi tekanan tersebut? 

Dalam kunjungannya ke Kantor Harian Republika. di Jakarta, Rabu (12/12), Konsulat Budaya Kedubes Iran Mehrdad Rakhshandeh mengatakan, di balik tekanan yang diberikan oleh dunia, Iran berusaha bertahan dengan generasi muda yang dimiliki. Terutama bibit-bibit muda yang telah disiapkan untuk mengembangkan teknologi.

"Tahun ini Iran merayakan Kemerdekaan Revolusi ke-40, kita sangat muda, namun banyak kesulitan yang telah kami lalui seperti embargo dan peperangan, Alhamdulillah, Iran bisa eksis sampai saat ini," jelas dia.   

Dia menjelaskan, sebelum negara Barat mengembargo Iran, sebenarnya Iran berhubungan erat dengan Amerika Serikat untuk mengembangkan teknologi nuklir. 

Namun saat Iran mendeklarasikan diri sebagai negara Islam, semua negara yang bekerja sama memutuskan angkat kaki dari negara tersebut.

"Isu -isu negatif kemudian bermunculan seperti nuklir yang dimiliki Iran untuk senjata, padahal sebenarnya kami mengembangkan nuklir untuk hal yang lebih positif," jelas dia.

Rakhshandeh yang sebelumnya menjadi konsulat di Cina ini mengatakan negara-negara lain memanfaatkan nuklir untuk hal positif seperti pertanian dan peningkatan ekonomi. Iran pun sebagai negara Islam dan berbudaya timur berharap tidak mengalami ketertinggalan. 

Iran berusaha mengembangkan nuklir sebagai teknologi untuk memajukan kesejahteraan negaranya. Menurut dia, Iran tidak memiliki niat sedikit pun untuk menjadikan nuklir sebagai senjata bom atom.

Dalam kunjungan kali ini, Rakhshandeh berusaha meluruskan pemberitaan media yang simpang siur mengenai situasi dan kondisi Iran. Iran saat ini sudah jauh lebih aman dan kondusif.

Berbagai negara sering berkunjung ke negara Iran. Iran juga menggelar berbagai festival termasuk musabaqah Alquran termasuk peserta yang berasal dari Indonesia.

Tak hanya itu saat ini Iran memiliki 30 ribu mahasiswa asing yang mendapat beasiswa murni dari pemerintah Iran. Sebanyak 59 persen di antaranya merupakan mahasiswi.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement