Senin 31 Dec 2018 00:04 WIB

Yakusa Olahraga

Apa yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hasilnya tak akan mengecewakan.

Closing ceremony Asian Games pada 2 September 2018. Penyelenggaraan Asian Games disebut-sebut mendongkrak perekonomian DKI Jakarta.
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Closing ceremony Asian Games pada 2 September 2018. Penyelenggaraan Asian Games disebut-sebut mendongkrak perekonomian DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Anggoro Pramudya (Instagram @jarakkata)*

Mungkin tahun ini menjadi kisah yang tak terlupakan bagi masyarakat Indonesia, khususnya para atlet nasional. Setelah berhasil melewati tantangan sebagai tuan rumah ajang multievent terbesar se-Asia, Asian Games 2018, Indonesia kini bersiap menutup tahun dengan penuh suka cita.

Suksesnya pelaksanaan pesta Asian Games 2018 yang dihelat di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus hingga 2 September kemarin menyisakan segudang cerita yang patut di syukuri.

Dari mulai setumpuk kendala sampai beberapa bulan jelang digelarnya Asian Games. Beberapa venue masih terus dikejar pengerjaannya, ada juga masalah promosi yang dirasa kurang, hingga persoalan lingkungan di Wisma Atlet.

Apa yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hasilnya tak akan mengecewakan. Hal itu juga terjadi setelah beberapa pihak bahu-membahu memikul tanggung jawabny. Gelaran opening ceremony Asian Games 2018 menjadi daya magnet awal bagi Indonesia.

Penonton berduyung-duyung datang dan tiket di venue cabang favorit selalu ludes terjual setiap harinya. Hasilnya, antusiasme besar itu bersambut dengan prestasi di atas lapangan dari para atlet yang bertarung.

Total terdapat 98 medali dengan catatan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggung didapat oleh kontingen Merah Putih. Capaian itu menorehkan rekor bagi bangsa ini setelah sebelumnya tak pernah mengakhiri posisi di tempat keempat.

Adapun Asian Games kali ini menjadi salah satu sarana pembaruan memori kolektif bangsa. Dari Asian Games kemarin terlihat adanya kemampuan negeri ini menjadi tuan rumah yang baik plus dengan prestasi. Harapannya, capaian itu kelak memberi catatan sejarah yang dapat diceritakan kepada generasi berikutnya.

Presiden Olympic Committe of Asia (OCA), Sheikh Fahad Al-Sabah, bahkan tak henti-hentinya untuk mengucapkan kata terima kasih pada Indonesia ketika menyampikan pidato di upacara penutupan Asian Games 2018.

Ketua Inasgoc Erick Thohir dalam wawancaranya dengan awak media mengungkapkan, kesuksesan Asian Games tak lepas dari peran panitia di setiap cabang dan para relawan. Para pihak itu telah bekerja maksimal demi kesuksesan acara tersebut.

Namun, kesuksesan yang telah diraih Asian Games 2018 ini bukan sekedar kalimat pemanis bibir saja. Setidaknya, kita patut berbangga karena dunia pun telah mengakuinya. Perlu diketahui, Asian Games diawasi berbagai perwakilan negara maupun lembaga dunia yang independen.

Salah satunya Jepang. Negeri Matahari Terbit itu mengirim puluhan pemantau untuk menilai sekaligus mengambil pelajaran dari perhelatan di Jakarta dan Palembang sebagai masukan menjadi tuan rumah pada Olimpiade 2020 di Tokyo.

Kepercayaan pun membesar. Erick yakin kesuksesan jadi tuan rumah Asian Games 2018 ini merupakan awal dari perjalan besar Indonesia menyelenggarakan event yang lebih besar di masa mendatang. Target pun disasar untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.

"Alhamdulilah jika memang kita disebut sukses besar di Asian Games 2018. Tapi arti kesuksesan bukanlah seperti itu. Arti sukses yang sesungguhnya apabila kita di hari esok mampu lebih baik dari hari ini," begitu Erick pernah berpendapat.

Dengan segala ambisi dan mimpi untuk menjadi lebih baik lagi, Erick sengaja tak mengucapkan kata perpisahan. Ia menilai ucapan selamat tinggal bukanlah hal yang diinginkan karena Indonesia akan kembali menggelar ajang multievent lainnya di kemudian hari.

Tentu, masyarakat Indonesia sudah selayaknya bersyukur karena Asian Games 2018 diibaratkan sebagai oase dalam segudang carut-marut polemik negeri ini. Seperti apa yang dikatakan Erick Thohir, semoga saja Asian Games bukanlah yang terakhir.

Sebagai bangsa, kita ingin Indonesia bisa kembali menjadi tuan rumah bagi gelaran termegah olahraga dunia lainnya. Tak lupa juga, kita masih terus menggantungkan harapan semoga talenta-talenta terbaik olahraga negeri ini akan terus mempersembahkan prestasi membanggakan buat kejayaan Merah Putih. Teruslah berjuang. Sebagaimana motto terkenal di kalangan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yakusa...yakinlah usaha itu sampai!

* penulis adalah wartawan Republika

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement