Rabu 30 Jan 2019 15:41 WIB

BKPM: Pilpres Kali Ini tak Membawa Sentimen Negatif

Masih ada beberapa bulan pascapilpres untuk meningkatkan nilai investasi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikn realisasi investasi kuartal III di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (27/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikn realisasi investasi kuartal III di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan presiden yang kerap dianggap menyebabkan tersendatnya perkembangan investasi dinilai oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tidak terlalu terasa di Pemilu 2019 ini. Kepala BKPM Thomas Lembong menjelaskan dirinya sudah melakukan pertemuan dengan beberapa investor untuk membahas fenomena pemilu ini, tetapi tanggapan pesimistis tidak tergambar.

Thomas menjelaskan para investor malah yakin ekonomi dan iklim investasi akan membaik ke depan. Persoalan pemilihan presiden menurutnya hanya berupa siklus. Apalagi, kata Thomas, pada pemilu kali ini paparan kedua calon presiden tentang iklim investasi tak membuat investor khawatir.

"Para investor memaparkan bahwa kedua pasangan calon presiden terlihat pro investasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini tidak membuat investor kemudian takut akan iklim investasi," ujar Thomas di Kantor BKPM, Rabu (30/1).

Thomas menjelaskan, investor hanya membutuhkan stabilitas dan kontinuitas peraturan agar mereka bisa lebih mendapat kepastian dalam berinvestasi. Hal ini, kata Thomas, merupakan modal dari posisi petahana saat ini yang mejadi dasar pola pemerintahan.

"Tapi hemat saya, paslon oposisi memberikan pernyataan yang bersifat proinvestasi sehingga ada optimisme bahwa kalaupun ada surprise, berarti bukan base case, arah kebjakan tidak akan berubah," ujar Thomas.

Thomas juga menjelaskan, meski tahun ini pemilu dilaksanakan pada April, apapun keputusannya, kesempatan meningkatkan investasi masih bisa dilakukan di sisa waktu hingga pergantian tahun. Kepastian dan rebound investasi bisa digenjot hingga akhir tahun.

"Kalau kita lihat sejarah 15 tahun,  sebelum pemilu melambat, setelah pemilu pasti rebound. Jadi masih ada 7,5 bulan pasca-nyoblos untuk dunia usaha recover dari perlambatan pra pemilu," ujar Thomas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement