REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menargetkan pertumbuhan laba 10-12 persen pada 2019. BRI mencatat laba bersih Rp 32,4 triliun pada 2018, naik 11,6 persen dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar Rp 29 triliun.
"Target laba 2019 mungkin hampir sama dengan 2018, sekitar 10-12 persen tumbuhnya jadi Rp 36-38 triliun," kata Direktur Utama Bank BRI, Suprajarto dalam paparan kinerja BRI 2018, Rabu (30/1).
Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo menyampaikan pertumbuhan ini bisa ditopang dengan pertumbuhan kredit yang ditargetkan sekitar 12-14 persen. Porsi terbesar akan tetap disumbang oleh sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Dalam empat tahun kedepan, proyeksi portofolio kredit disumbang 80 persen dari UMKM. Untuk suku bunga kredit, BRI juga tidak merencanakan kenaikan. Pada 2018, BRI sudah menaikan kredit korporasi 25-50 basis poin. Pendapatan bunga bersih pada 2018 tercatat Rp 77 triliun.
"Tahun ini kalau tidak ada kenaikan bunga di pasar kita tidak naikan juga, kita lihat, katanya ada satu kali. kita akan sesuaikan, tapi kita tidak naikin dulu," kata Haru.
Selain itu, ia menyampaikan target Loan to Deposit Ratio (LDR) 2019 akan dijaga kurang lebih 90 persen dengan batas 88-92 persen. Menurutnya itu cukup ideal bagi BRI. Kemudian rasio kredit macet akan dijaga kisaran 2,0-2,2 persen untuk 2019.
Untuk mempertahankan NPL, Haru mengatakan BRI sudah memupuk cadangan yang cukup hingga 200 persen. "Ini cukup kuat jaga-jaga kalau ada kenaikan NPL," kata Haru.
Pada 2018, BRI melakukan write off atau hapus buku sebesar Rp 12 triliun dan mendapat recovery 51 persen. Sementara, NIM 7,3 persen pada 2018. Haru mengatakan Net Interest Margin (NIM) akan turun secara natural seiring dengan efisiensi perbankan.