Jumat 15 Feb 2019 10:46 WIB

Kekuatan Hidayah

Kita seharusnya iri dengan mereka yang memperoleh hidayah

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ikrimah bin Abu Jahal. Jika menyebutkan nasabnya, orang akan mengira jika ia adalah salah satu musuh Allah. Abu Jahal tak kurang perbuatan jahatnya dalam menghalangi Rasulullah SAW. Anak yang tumbuh dalam suasana kebencian terhadap Islam, bisa jadi terdampak dan memiliki kebencian yang sama. Itu terjadi pada sosok Ikrimah.

Seperti halnya ayahnya, Ikrimah adalah penentang Islam ketika dakwah mulai merekah di Makkah. Cap musuh Allah disematkan kepadanya bersama sang ayah. Saat Fathul Makkah, semua kaum Quraisy Makkah menyerah tanpa syarat termasuk pemimpin mereka Abu Sufyan. 

Namun, tidak begitu dengan Ikrimah. Jiwa pemberontaknya begitu tinggi. Meski ia sadar kalah jumlah, ia terus mengobarkan perlawanan terhadap kaum Muslimin. Ia menyerang kavaleri Rasulullah. Ikrimah terdesak dan akhirnya kabur ke Yaman. Saat penduduk Makkah terbuka hatinya menerima Islam, Ikrimah justru masih berkutat dengan kegelapan.

Hidayah, memang hanya milik Allah SWT. Maka sejatinya, tak pantas bagi kita mencap seseorang adalah musuh abadi dakwah. Kita, manusia yang amat lemah ini, tak paham bagaimana skenario perjalanan hidup seseorang. Dan Ikrimah membuktikannya. Cahaya Islam merasuk ke dadanya, saat ia justru berada dalam puncak permusuhan terhadap Islam.

Ikrimah membuktikan imannya tak sekadar kedok untuk menyelamatkan nyawa. Ia, yang tadinya amat bernafsu membunuh kaum Muslimin, kini menjadi sosok yang rela terbunuh demi tegaknya Islam. Pengorbanan nyawa adalah pengorbanan yang amat tinggi.

Sosok kepahlawanannya muncul saat perang Yarmuk. Saat perang usai, tergeletaklah tiga sahabat yang terluka, yaitu al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal. Ketiganya memerlukan air untuk bertahan. Lalu seorang sahabat datang menawarkan air. 

Ikrimah yang hendak diberi minum melihat Ayyasy lebih membutuhkan. Ia pun memerintahkan agar Ayyasy yang terlebih dahulu diberi minum. Saat Ayyasy hendak diberi minum, ia melihat Harits lebih membutuhkan. Maka, ia memerintahkan sang pembawa air memberi minum Harits terlebih dahulu. Sang pembawa air pun bergerak untuk memberi minum. Belum sempat memberi minum Harits, ketiganya telah syahid tanpa ada setetes air singgah ke tubuh mereka. 

Itulah itsar, puncak tertinggi ukhuwah. Tidak ada basa-basi, yang ada hanya kejujuran. Sebuah kejujuran dalam pembuktian iman. Ikrimah, telah melesat dari seseorang yang berada dalam titik nadir, kini terbang mengangkasa menjemput janji bersama bidadari. Hanya iman yang jujur yang mampu menggerakkan pengorbanan setinggi itu. Dan bagi mereka yang diberikan hidayah, bukan tak mungkin Allah memberikan percepatan-percepatan iman. 

Kita seharusnya iri kepada mereka yang diberikan hidayah oleh Allah SWT. Mungkin mereka menerima Islam belakangan. Mungkin saat ini mereka masih mengeja huruf hijaiyah demi azam bisa membaca Alquran. Mungkin saat ini shalat mereka masih belum sempurna. Mungkin secara kasat mata, mereka orang yang butuh pertolongan. 

Namun bisa jadi, Allah hendak memuliakan mereka dengan pemahaman Islam yang amat sadar. Islam merasuk ke dalam dada mereka seiring dengan pemahaman yang kuat. Iman menancap di nurani mereka jauh lebih kokoh karena hasil dari sebuah pencarian panjang. Mungkin kita seharusnya pantas iri. Allah SWT berfirman, "Barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorang pun dapat memberinya petunjuk. Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya…." (QS az-Zumar [39]: 36-37).

K

itaTak ada seorang pun di dunia ini, bahkan nabi, yang berkuasa memberi petunjuk dan hidayah. Jika sebuah hidayah datang, maka tak akan ada seorang pun yang mampu menyesatkan orang tersebut. Inilah jawaban, kenapa dalam waktu sekejap keimanan seorang Ikrimah membumbung tinggi. Saat hidayah datang, tak ada lagi gelombang yang mampu membawanya kembali ke dalam kegelapan.

Kewajiban kita sebagai Muslim adalah mendoakan siapa saja yang masih memilih jalan berseberangan dengan dakwah. Senjata orang beriman adalah doa. Kita berdoa agar tetap dalam istiqamah dan orang-orang yang menentang Islam agar mendapatkan hidayah dan petunjuk. Karena kita tak pernah tahu bagaimana akhir episode dalam hidup seseorang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement