Rabu 06 Mar 2019 15:58 WIB

Maret Ini Padi dan Jagung di DIY Masuki Puncak Panen

Saat ini komoditas padi dan jagung tersebut sudah memasuki masa panen.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Gita Amanda
Panen jagung
Foto: Republika/Imas Damayanti
Panen jagung

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu penghasil terbesar komoditas padi dan jagung. Kepala Dinas Pertanian DIY, Sasongko mengatakan, saat ini dua komoditas tersebut sudah memasuki masa panen.

"Padi dan Jagung komoditas utama di DIY. Sebentar lagi puncak panen, Maret ini sudah mulai panen. Untuk padi dan jagung panen puncak sama-sama Maret," kata Sasongko kepada Republika.co.id, Selasa (5/3).

Baca Juga

Ia mengatakan, penghasil terbesar padi terdapat di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul. Sementara, penghasil jagung ada di Kabupaten Gunungkidul.

"Sekitar 80 persen produksi jagung di DIY itu di Gunungkidul. 2019 sudah beberapa kali panen, dan ada juga yang sudah tanam kembali," kata Sasongko.

Dengan beberapa kali panen, penanaman kembali juga terus dilakukan. Terlebih saat ini masih terjadi musim hujan. Ia pun belum menjumlahkan seluruh total panen selama 2019 ini.

Untuk panen jagung di Gunungkidul pun saat ini memang memasuki panen raya. Pada awal Februari 2019 lalu saja, panen mencapai 4,9 ton per hektare dengan hasil yang optimal. Yang mana, rata-rata luas tanaman jagung di Gunungkidul mencapai 51 hektare.

Sementara, untuk lahan pertanian puso pun tidak ada di DIY. Namun, hanya ada beberapa lahan kosong yang sudah lama tidak dimanfaatkan.

Lahan tersebut pun diupayakan agar dapat dimanfaatkan dan ditanam kembali. Baik dengan tanaman padi, jagung maupun dengan komoditas pertanian lainnya.

Lahan itu beberapanya terdapat di Kabupaten Sleman. Lahan tersebut diketahui terkena hama, sehingga dalam waktu cukup lama tidak dimanfaatkan.

"Sudah kita tangani bersama (lahan itu), kemarin ada dari dinas provinsi, kabupaten, terus ada TNI, Polbangtan, petani sendiri bareng-bareng," katanya.

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Etik Setyaningrum mengatakan, musim hujan diperkirakan berakhir pada April 2019. Sementara itu, pada Mei wilayah DIY sudah memasuki musim kemarau 2019.

"Potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang lebih banyak terjadi di wilayah utara hingga tengah DIY, dibandingkan bagian selatan Yogya," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement