Kamis 14 Mar 2019 06:35 WIB

Michelin Ekspansi ke Industri Ban Pesawat

Pemerintah akan mendorong peningkatan ekspor industri karet nasional berdaya saing.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Guna meningkatkan layanan dan menajga keselamatan penerbangan, petugas melakukan rampcheck  pesawat.
Foto: Humas Kemenhub
Guna meningkatkan layanan dan menajga keselamatan penerbangan, petugas melakukan rampcheck pesawat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pemain di industri karet Indonesia, Michelin, akan berekspansi kepada industri retreading ban pesawat untuk Garuda Indonesia dan Lion Air. Sebelumnya, Michelin juga telah membeli saham produsen ban lokal PT Multistrada Arah Sarana (MASA) Tbk melalui transaksi tutup sendiri via Trimegah Sekuritas senilai Rp 6,8 triliun. 

Diketahui, PT MASA mempunyai kapasitas produksi lebih dari 180 ribu ton yang terdiri atas 11 juta unit ban kendaraan penumpang roda empat, sembilan juta ban kendaraan roda dua, dan 250 ribu ban truk. Pada 2017, penjualan bersih MASA tercatat mencapai 281 juta dolar AS. 

Baca Juga

“Yang paling banyak menggunakan karet alam adalah produk ban untuk kendaraan besar berkecepatan rendah. Karena itu, untuk ban pesawat terbang akan memerlukan karet alam yang banyak,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartato dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (13/3). 

Pemerintah, kata dia, akan mendorong peningkatan ekspor ban dan industri karet nasional yang berdaya saing. Sebelumnya diketahui, Indonesia akan membatasi ekspor karet sebanyak 98 ribu ton selama empat bulan terhitung 1 April 2019.

Kebijakan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan konsul karet internasional atau International Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk mendongkrak harga karet di tingkat global. ITRC diisi dengan tiga negara produsen karet terbesar dunia yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Untuk itu, pemerintah juga kerap diminta memacu produksi dalam negeri dengan membuat barang jadi sehingga tidak selalu mengekspor bahan baku. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement