REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memaparkan hasil riset terbaru terkait sumbangsih fintech Gojek pada perekonomian Indonesia. Laporan bertajuk 'Dampak Gojek terhadap Perekonomian Indonesia pada Tahun 2018' ini diluncurkan Kamis (21/3).
Hasil Riset menemukan kontribusi mitra Gojek dari empat layanan, yakni Go-Ride, roda-empat Go-Car, Go-Food, dan Go-Life. Total layanan tersebut mencatat kontribusi kepada perekonomian Indonesia sebesar Rp 44,2 triliun.
Studi yang serupa pada tahun 2017 menunjukkan kontribusi Gojek dari dua mitra (mitra pengemudi roda dua dan UMKM) mencapai Rp 15,1 triliun. Wakil Kepala LD FEB UI, Dr Paksi CK Walandouw menjelaskan kontribusi yang semakin besar dari Gojek menunjukkan bahwa teknologi mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi digital.
Menurutnya, Gojek sebagai salah satu pemain utama industri teknologi di Indonesia menunjukkan kemampuan inovasi teknologinya untuk memperluas peluang penghasilan. Secara rinci, angka kontribusi terbesar mitra Gojek terhadap perekonomian berasal dari mitra UMKM Go-Food kontribusinya Rp 18 triliun.
Kemudian, dari mitra pengemudi Go-Ride sebesar Rp 16,5 triliun, mitra pengemudi Go-Car berkontribusi Rp 8,5 triliun, dan mitra Go-Life (Go-Clean dan Go-Massage) kontribusinya Rp 1,2 triliun.
Sumbangsih GOJEK pada perekonomian Indonesia 2018 mencapai Rp 44,2 triliun, naik dari tahun 2017 sebesar Rp 15,1 triliun. (Dok. LD FEB UI)
"Kontribusi mitra UMKM Go-Food tahun 2018 naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2017," kata Paksi dalam siaran pers yang diterima Republika.
Pertumbuhan kontribusi mitra UMKM Go-Food ini antara lain disebabkan oleh optimalisasi fitur teknologi Gojek yang digunakan oleh mitra UMKM Go-Food. Rata-rata penghasilan pengemudi dan mitra Go-Life dalam penelitian ini tercatat di atas rata-rata UMK di wilayah penelitian.
Menurut data, rata penghasilan dari Go-Ride yakni sebesar Rp 4,9 juta per bulan untuk Jabodetabek dan Rp 3,8 juta per bulan untuk luar Jabodetabek. Sementara dari Go-Lifr sebesar Rp 4,8 juta per bulan untuk Jabodetabek dan Rp 4,3 juta per bulan untuk luar Jabodetabek.
Sementara untuk Go-Car yakni Rp 6 juta per bulan untuk Jabodetabek dan Rp 5,5 juta per bulan untuk luar Jabodetabek. Sebanyak 90 persen mitra Gojek mengaku yakin data menyejahterakan keluarga mereka. Sebanyak 90 persen mitra Go-Life adalah lulusan SD-SMA.
Paksi mengatakan riset dilakukan di beberapa wilayah Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif melalui wawancara tatap muka. Penentuan responden penelitian dilakukan dengan pencuplikan acak sederhana dari database mitra yang aktif dalam tiga bulan terakhir.
Mitra pengemudi roda dua Go-Ride yang diwawancara sebanyak 3.886 responden, mitra pengemudi roda empat Go-Car sebanyak 1.010 responden, mitra UMKM Go-Food sebanyak 1.000 responden, dan mitra Go-Life sebanyak 836 responden.
Menurutnya, sampel penelitian ini mewakili populasi mitra pengemudi, mitra UMKM, dan Go-Life di wilayah penelitian. Riset ini merupakan salah satu riset dengan skala dan cakupan terbesar pada industri ekonomi digital Indonesia dengan //margin of error// di bawah 3,5 persen.