OGYAKARTA -- DIY baru saja menggelar gelaran Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda). Sayangnya, perhatian masih belum terlihat optimal diberikan kepada bibit-bibit atlet paralimpik tersebut.
Minimnya perhatian hampir berasal dari semua elemen. Pemerintah, sekolah-sekolah, masyarakat dan bahkan media-media itu sendiri untuk memberikan porsi pemberitaan. Selain porsi pemberitaan, itu bisa dilihat banyak sudut pandang lain. Tidak gempitanya pembukaan, sepi penonton, dan rendah perhatian pejabat-pejabat tinggi untuk sekadar menghadiri pembukaan.
Padahal, soal penonton, misal, sangat bisa dikerahkan dari sekolah-sekolah. Apalagi, langkah itu sudah sangat biasa dilakukan dalam pelaksanaan gelaran-gelaran olah raga di Tanah Air.
Lalu, tidak gempita pembukaan, yang seperti menggembarkan minim anggaran untuk pelaksanaan. Padahal, hampir semua Disdikpora DIY mengatakan perhatian anggaran sudah besar.
Tidak cuma provinsi, Disdikpora-Disdikpora kabupaten atau kota selalu percaya diri mengatakan itu. Sayangnya, dalam pelaksanaan, tidak terlihat perhatian anggaran besar telah diberikan.
Wakil Ketua DPRD DIY, Arif Noor Hartanto mengatakan, memang perlu sinergitas luar biasa untuk menggemakan itu. Termasuk, dari National Paralympic Committee (NPC) yang jadi KONI-nya atlet-atlet difabel.
Terlebih, penggodokan atlet-atlet paralimpik ada dalam level-level tersebut. Karenanya, walau mengapresiasi, ia mengingatkan penting sinergikan NPC dan pekan-pekan olah raga demi kesinambungan.
Ia merasa, pemerintah daerah perlu bersama-sama dengan berbagai elemen yang ada memikirkan lebih serius. Utamanya, untuk gelaran-gelaran yang bisa secara periodik diadakan. Arif berpendapat, tentu sangat menarik jika DIY yang kesohor akan keistimewaannya mampu memanusiakan seluruh elemen yang ada. Artinya, tidak boleh ada pengecualian.
"Jadi, mereka-mereka yang mengalami keterbatasan secara fisik bisa diberikan ruang aktualisasi yang sama, yang gebyarnya juga ada," kata Arif di GOR Amongrogo, beberapa waktu lalu.
Terkait keluhan dana, ia membenarkan jika pemerintah memili dana yang relatif terbatas. Tapi, Arif berpendapat, sesungguhnya dana itu ada dan menanti kesungguhan. Artinya, diperlukan komitmen serius untuk keberpihakan. Sebab, jika tidak ada kepedulian dan kesungguhan, ia merasa sampai kapanpun dana akan menjadi alasan klasik dan pembenar.
"Ini yang harus dipikirkan lebih serius pemerintah daerah karena mereka bertanggung jawab untuk pembibitan atlet-atlet, harapan gelaran-gelaran ini bisa secara periodik diselenggarakan," ujar Arif.
Terlepas itu, Kepala Balai Pemuda dan Olah Raga Disdikpora DIY, Eka Heru Prasetya menuturkan, Peparpeda DIY menghadirkan tiga cabang olah raga. Ada atletik, lari dan bulu tangkis. Tapi, untuk gelaran-gelaran nasional, ia menekankan, tidak cuma akan berasal dari mereka yang bertanding di Peparpeda. Artinya, gelaran ini tidak menutup pintu atlet-atlet berprestasi baik di luar.
Tapi, untuk gelaran-gelaran nasional, ia menekankan, tidak cuma akan berasal dari mereka yang bertanding di Peparpeda. Artinya, gelaran ini tidak menutup pintu atlet-atlet berprestasi baik di luar.
Hal itu turut dilakukan Disdikpora DIY pada tahun-tahun sebelumnya. Dalam gelaran di Jawa Barat atau Jawa Tengah, misal, mereka turut mengirimkan atlet-atlet yang tidak mengikuti Peparpeda.
Apalagi, untuk gelaran-gelaran nasional, syarat-syarat yang ditentukan lebih terperinci. Karenanya, kepada siapa saja yang secara permainan dirasa layak berlaga di kancah nasional, tetap memiliki kesempatan.
Setidaknya, ada dua gelaran nasional yang ada di depan mata. Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas), dan Pekan Olah Raga Pelajar Nasional (Popnas) yang sudah dibahas Maret lalu di Papua.
Walau berlangsung 10-18 Oktober 2019, ada beberapa cabang olah raga yang pelaksanaannya dimajukan seperti basket dan voli. Jadi, awal Oktober sudah akan diselenggarakan. "Nanti biasanya pembinaan dua bulan sebelum itu, jadi (Peparepeda) ini sebagai salah satu ajang seleksi kita, tapi tidak semua juara harus diberangkatkan," kata Eka.
Ia mengungkapkan, untuk DIY biasanya atlet-atlet asal Kabupaten Bantul tampil cemerlang. Tapi, untuk gelaran nasional pada 2017, atlet asal Kabupaten Gunungkidul justru menyumbang tiga medali emas. Sebelumnya, pada 2015, malah atlet asal Kota Yogyakarta yang dapat menyumbang tiga medali emas. Terlebih, biasanya untuk atletik, atlet-atlet dapat mengikuti tiga cabang olah raga.