Jumat 19 Apr 2019 18:07 WIB

Arcandra Jelaskan Urgensi Pembangunan Kilang Minyak

Enam kilang ditargetkan akan selesai maraton hingga 2026.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar
Foto: Prayogi/Republika
Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini pemerintah bersama Pertamina mengebut pengerjaan proyek enam kilang yang harus selesai pada 2026 mendatang. Enam kilang diproyeksikan secara marathon akan selesai bertahap sampai 2026 mendatang.

Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menjelaskan Indonesia memang dalam posisi sangat membutuhkan kilang kilang tersebut untuk bisa memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Kilang kilang tersebut apabila sudah beroperasi penuh bisa memberikan nilai tambah perekonomian dan penghematan atas impor.

 

"Jadi yang penting buat kami adalah bagaimana kilang yang kita bangun itu bisa bermanfaat banyak. Efisien dan ini sangat erat kaitannya dengan complexity index atau kemampuan pengolaahn minyak mentah di satu kilang," ujar Arcandra, Kamis (18/4) malam.

 

Arcandra menjelaskan saat ini score kompleksitas kilang yang dimiliki Indonesia berada di skore 4. Padahal, apabila melihat kebutuhan minyak jangka panjang kilang mestinya bisa memiliki skor 7 hingga 8.

 

"Kilang itu persis tungku dapur. Satu tungku itu kalau bisa memproduksi minyak sesuai kebutuhan pasar maka lebih baik. Saat ini kilang kilang yang kita punya hanya bisa memproduksi satu jenis olahan minyak mentah saja, meski memang beberapa pengembangan yang dilakukan pada beberapa kilang hanya untuk meningkatkan kualitas minyak olahan," ujar Arcandra.

 

Arcandra menjelaskan, katakanlah Kilang Balongan. Saat ini merupakan salah satu kilang yang bisa memproduksi bensin dengan RON 92 saja. Meski memang yang semula hanya bisa memproduksi standar euro 2 kini sudah meningkat menjadi euro 4. 

 

Ia juga mecontohkan kilang cilacap. Pengembangan yang dilakukan pemerintah melalui proyek Kilang Langit Biru tersebut membuat kilang Cilacap yang semula memproduksi minyak dengan standar euro 2 saat ini sudah menjadi standar euro 4 dengan produksi bensin seperti Pertamax Turbo.

 

Ke depan enam proyek kilang yang dikebut tersebut tak hanya akan memproduksi minyak dengan standar euro 5. Tetapi juga dalam satu kilang esok bisa mengolah minyak sesuai kebutuhan pasar. Apalagi, ada dua kilang yang menjadi proyek kilang yang akan memproduski green diesel.

 

"Maka kilang kilang indonesia yang redamping atau RDMP itu tujuannya untuk meningkatkan kualitas juga tingkatkan complexity index agar bisa olah crude yang lebih beragam sesuai permintaan market," ujar Arcandra.

 

PT Pertamina (persero) Nicke Widyawati menargetkan enam proyek kilang selesai pada 2026. Keenam proyek terdiri atas 4 proyek perluasan (refinery development master plan/RDMP) dan 2 proyek pembangunan baru (grass root refinery/GRR) kilang selesai 2026.

 

Menurut dia, proyek pertama yang dikebut tentu RDMP Balikpapan yang kebetulan sudah memiliki mitra dan diharapkan rampung dalam 53 bulan ke depan yakni 2023. Kemudian, Pertamina juga akan mulai menggarap RDMP kilang Dumai, Balongan, dan Cilacap serta membangun kilang Tuban dan Bontang sambil menunggu rekanan.

 

"Untuk share (5 kilang lain) masih seleksi. Tapi kita mau jadi majority. Prosesnya kami lakukan paralel. Kita enggak mau nunda pembangunan nunggu partner. Jadi kita tetep bangun saja," ujar Nikce.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement