Oleh: Donny Oktavian Syah, mahasiswa studi lanjut di kota Nagoya, Jepang.
Galibnya Ramadhan di luar negeri khususnya yang jumlah muslimnya terbatas, pasti suasananya berbeda dengan atmosfer suasana Ramadhan di tanah air.
Termasuk melaksanakan puasa Ramadhan di negeri Sakura yang jumlah muslimnya terbatas. Tetapi dalam suasana yang serba “terbatas” tersebut, umat muslim yang tinggal di Jepang tetap antusias melakoninya.
Di kota Nagoya, sebuah kota yang merupakan kota kelahiran pabrik mobil besar Toyota yang didirikan keluarga Toyoda, suasana Ramadhan akan semakin terasa bila kita berkunjung ke Masjid Nagoya yang berada tidak jauh dari pusat kota.
Acara buka puasa bersama di Nagoya.
Jumlah Muslim yang melakoni puasa masih didominas umat Islam dari negara negara berpenduduk muslim yang tinggal di negeri matahari terbit ini, tetapi seiring jumlah muslim dari orang Jepang asli mulai meningkat.
Untuk Ramadhan tahun ini (2019) yang kebetulan jatuh di musim semi menjelang musim panas, lamanya berpuasa jauh lebih panjang ketimbang berpuasa di Indonesia. Kurang lebih 16-17 jam. Di mulai dari subuh yang jatuh sekitar pukul 3.15 pagi sampai maghrib waktu berbuka sekitar pukul 18.45. Suasana ini memang yang belum terbiasa puasa sepanjang itu lumayan “kaget”.
Tapi InshaAllah kalau sudah diniati, puasa sepanjang itu akan terbiasa. Masjid Nagoya selalu menyediakan ifhtar (berbuka) dengan makanan kecil, kurma serta buah buahan, antuasisme kaum muslim di kota tersebut ditandai dengan sumbangan ifhtar dari komunitas Muslim yang tinggal di kota Nagoya yang begitu deras.
Shalat tarawih di Masjid Nagoya.
Sehingga kalau tiba waktu berbuka di masjid, maka kita akan bisa mencicipi makanan dari komunitas muslim lain seperti dari negara Asia Selatan (Bangladesh, Pakistan, India), dari negeri Asia Tengah (Uzbekistan, Kazhaztan), dari Timur Tengah (Mesir, Arab Saudi, Yordania) maupun Asia Tenggara yang didominasi Malaysia dan Indonesia.
Komunitas muslim di Jepang cukup beragam, ada yang yang pelajar, ada yang bekerja, dan ada pula yang berbisnis.
Untuk sholat Tarawih tetap diadakan 8 rakaat Tarawih dan diakhir 3 rakaat sholat witir, dan dimulai setelah masuk Isya sekitar pukul 20.30. Karena Imam di Masjid Nagoya hafal 30 Juz, setiap hari sholat tarawih dibaca surat untuk 1 juz, jadi lumayan panjang ya untuk ukuran Indonesia.
Jadi diharapkan dalam puasa penuh Ramadhan bisa dikhatamkan. Biasanya sholat
tarawih berakhir sekitar pukul 10 malam. Setelah acara tersebut, terkadang ada yang melanjutkan mengaji di masjid sambil menunggu di waktu sahur.
Buka bersama masyarakat Muslim di Nagoya dari berbagai negara.
Disamping Masjid Nagoya, beberapa komunitas muslim juga ada yang menyambut Ramadhan dengan aktivitas sholat tarawih, berbuka (ihftar) bersama, diantaranya teman-teman yang melanjutkan studi lanjut di kota Nagoya.
Diantaranya adalah komunitas mahasiswa di Universitas Nagoya yang secara rutin mengadakan aktivitas tersebut. Dengan dikoordinir oleh ICANU (Islamic Culture Association in Nagoya University), aktivitas di atas mereka laksanakan.
Diantaranya juga mengadakan Ifhtar bersama dengan mahasiswa non-muslim yang ada, dengan mengundang mereka untuk datang untuk menikmati makan bersama sekaligus sosialisasi “pengenalan” tradisi puasa Ramadhan (di Jepang puasa dikenal dengan nama “danjiki” 断 食 yang berasal dari kata “dan” 断 ) yang berarti tidak, “jiki” 食 ) artinya makan). Konon kabarnya para Bhiksu Jepang juga mempraktekan tradisi tersebut.
Buka puasa di cafetaria universitas Nagoya.
Aktivitas mengadakan sholat tarawih di kampus sangat didukung oleh pihak kampus. Artinya, fasilitas tempat serta dukungan untuk mahasiswa muslim melaksanakan ibadah cukup terbantu.
Bahkan, di cafetaria kampus sejak 2 tahun lalu sudah menyediakan beberapa menu halal untuk mengakomodasi mahasiswa Muslim yang semakin meningkat jumlahnya.