REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdullah bin Abdul Hamzah tak bisa melupakan pengalamannya yang mengesankan bersama Muhammad. Ia membeli sesuatu dari Muhammad saat belum mengemban amanat sebagai seorang nabi. Karena masih ada kembalian yang harus diserahkan oleh Muhammad, beliau berjanji meng antarkannya ke tempat yang sudah disepakati.
Namun, Abdullah lupa akan hal itu dan baru teringat tiga hari kemudian. Dia segera mengayun kan kakinya menuju tempat yang disepakati bersama Muhammad. Ia menemukan mitranya itu di tempat yang dijanjikan, yang sedang menunggu kedatangannya.
Setelah mengetahui kedatangan Abdullah, Muhammad langsung berkata, “Kamu menyusah kan dan merepotkan aku. Sudah tiga hari aku menunggumu.” Afzalur Rahman dalam karyanya, Ensiklopedi Muhammad, mengatakan, sejak sebelum menjadi nabi dan rasul, Muhammad telah membekali sifat-sifat mulia, salah satunya menepati janji.
Dalam keadaan genting, Rasul bersikeras memenuhi janji dan amanat yang ada pada dirinya. Menjelang hijrah ke Madinah, ia masih menyempatkan diri mengembalikan titipan uang dan perhiasan milik beberapa orang Makkah. Ia tak ingin barang-barang itu terbawa ke Madinah wa laupun belum jelas ia bisa atau tidak mengembalikannya.
Beliau meminta bantuan Ali untuk mengembalikan uang dan perhiasan kepada para pemiliknya. Setelah itu, ia bersama Abu Bakar berhasil menyelinap ke luar rumah yang dikepung oleh orangorang Quraiys. Mereka bergegas meninggalkan Makkah menuju tempat pengharapan, Madinah.
Janji pun Rasul penuhi walau pun dalam posisi berkuasa dan pihak lain tak mungkin mampu menandinginya. Ini menyangkut nasib Shafwan bin Umayyah, salah seorang musuh Islam yang sangat berbahaya. Saat Makkah berhasil ditaklukkan Muhammad SAW, Shafwan melarikan diri ke Jeddah dan akan segera melanjutkan perjalanan ke Yaman.
Umar bin Wahhab mengetahui hal itu dan menyampaikannya kepada beliau. Nabi melepas ikat kepalanya dan menyerahkannya kepada Umar. “Ini adalah jaminan atas keselamatannya.” Umar meninggalkan pemimpinnya dan mengejar Shafwan dan berhasil menemukannya.
Ia meminta Shafwan tak melarikan diri karena keamanannya telah dijamin Rasulullah dan itu dituruti. Saat menghadap Rasulullah, ia bertanya, “Apakah Anda menjamin keamananku?” Nabi pun tetap memegang janjinya dengan menegaskan, “Ya, benar,” katanya menjawab pertanyaan Shafwan.
Ketika seseorang sepakat de ngan sesuatu, kata Amr Khaled dalam bukunya, Buku Pintar Akhlak, orang itu harus melaksanakannya. Sebab, di antara tanda kemunafikan, seperti yang dijelaskan Rasulullah, adalah melanggar kesepakatan yang telah di buat bersama. Ia meminta umat nya memenuhi janjinya. Allah SWT juga mengingatkan umat Islam mengenai janji-janji yang dibuatnya. “Penuhilah janji yang dibuat sebab kelak akan dipertanyakan.” Khaled mence ritakan bagaimana setia pada janji telah membalikkan keadaan.
Penduduk Hims yang semula menolak Islam akhirnya menerimanya. Kaum Muslim berhasil menguasai Suriah. Pada saat yang sama, Romawi menjajah Hims. Tak lama berselang, pasukan Muslim mampu mengusir pasukan Romawi dari Hims. Setelah menguasai wilayah tersebut, kaum Muslim mengajak penduduk Hims yang beragama Kristen beralih ke Islam.
Mereka menolak dan memilih membayar jizyah. Dengan adanya jizyah ini, pasukan Muslim harus melindungi mereka. Beberapa waktu kemudian, pasukan Romawi mengembalikan kekuatan dan siap menyerang Hims. Pasukan Islam siap dengan meminta beberapa kekuatan bergabung dengan pasukan agar tak diserang di Hims.
Pasukan itu segera keluar dari Hims. Yang menjadi masalah, mereka telah menerima jizyah dari warga Hims. Karena keluar wilayah Hims, mereka mengembalikan jizyah itu. “Mengapa kalian mengembalikannya?” tanya mereka. Pemimpin pasukan Muslim mengatakan, jizyah diambil dengan kompensasi menjaga dan melindungi warga Hims.
Namun, karena mereka akan keluar Hims, jizyah yang dibayar kan mesti dikembalikan. Mendengar hal itu, penduduk Hims berbondong-bondong menyatakan keislamannya dan bergabung dengan pasukan Muslim menghadang pasukan Romawi dan berhasil mengalahkannya. Khaled mengatakan, berkat setia dan komitmen pada janji, penduduk Hims memutuskan mengubah keyakinannya.