REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Tedy Herlambang
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. An Nahl/16:97).
Perempuan dan laki-laki memang berbeda secara kodrat. Perbedaan antara keduanya sangat jelas ditegaskan dalam Alquran. Misalnya, surah Ali Imran ayat 35. Namun, perbedaan ini ditujukan untuk kehidupan bermasyarakat dalam tataran sosial (fisik dan biologis), bukan tataran batin.
Perbedaan tataran fisik dan biologis ini diartikan bahwa pria dan perempuan punya kualitas dominan sesuai dengan faktor kodratinya.
Dalam kosmologi Cina, misalnya, pria adalah representasi yang, sesuatu yang aktif dan berkuasa, sedangkan perempuan adalah representasi yin, sesuatu yang reseptif dan lembut.
Perbedaan ini tidaklah berarti bahwa salah satu lebih tinggi derajatnya dari yang lain.
Perbedaan fisik dan biologis yang berdampak pada diferensiasi peran pria/perempuan dapat dianalogikan masyarakat lebah.
Masing-masing jenis kelamin bertindak untuk saling melengkapi, hidup harmonis, dan punya tujuan hidup bersama. Kita tidak dapat mengatakan peran ratu lebah lebih baik daripada lebah pekerja atau lebah pejantan karena masing-masing berbeda jenis serta menjalankan fungsi masing-masing sesuai dengan kapasitasnya.
Diferensiasi ini ditujukan agar ada mekanisme untuk saling melengkapi, saling membantu, sehingga tercipta hubungan kesatuan harmonis.
Diferensiasi peran pria/perempuan berperan penting dalam menjalankan roda kehidupan masyarakat dan sama-sama punya nilai kemanusiaan hakiki sama. Konsep kesetaraan gender dalam Islam adalah kesetaraan yang adil, yang mengakui faktor spesifik pria dan perempuan dan memberikan haknya sesuai dengan kondisinya.
Keseteraan ini bukan dengan memberikan perlakuan sama kepada pria dan perempuan yang punya aspirasi dan kebutuhan berbeda, melainkan dengan memberikan perhatian sama agar kebutuhannya yang spesifik terpenuhi.
Alquran menerangkan bukanlah gender fisik yang dapat menghantarkan manusia mencapai maqam tertinggi, melainkan kualitas ketakwaannya. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa" (QS Al Hujurat/49:13).