Kamis 23 May 2019 15:28 WIB

Oman Menyebut Iran Terbuka untuk Berunding dengan AS

Oman khawatir dengan perkembangan ketegangan di kawasan Teluk.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT -- Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi mengatakan bahwa Iran terbuka untuk berunding dengan Amerika Serikat (AS). Namun hal itu harus berlangsung tanpa adanya tekanan.

Saat diwawancara BBC Arab pada Rabu (22/5), Alawi, yang baru-baru ini mengunjungi Iran, mengungkapkan bahwa Teheran siap membicarakan kebijakan luar negerinya, tapi dalam keadaan berbeda dan tidak berada di bawah tekanan. Dalam konteks ini, Alawi tak menyatakan bahwa Oman mengambil peran sebagai mediator antara AS dan Iran.

Baca Juga

Dia hanya menegaskan bahwa Oman sangat khawatir dengan perkembangan ketegangan di kawasan Teluk saat ini. “Pada saat yang sama, kami pikir kedua belah pihak, yaitu Iran dan AS, bersama dengan teman-teman mereka telah menyadari bahwa ketegangan saat ini dapat menyebabkan bencana, dan tentu saja dapat berakhir dengan kesepakatan,” ujar Alawi, dikutip laman Iran Front Page.

Menurut dia, ketegangan antara Iran dan AS tidak hanya akan berdampak pada kawasan Teluk. “Semua orang tahu bahwa jika situasinya memburuk, seluruh dunia juga akan rusak dan dampaknya tak terukur,” katanya.

Alawi menilai, Iran dan AS memiliki kemampuan militer dan komando untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Itu telah dibuktikan dalam 40 tahun terakhir baik angkatan laut Iran dan AS telah sangat mapan di Teluk Persia.

Dia menekankan, AS dan negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) harus menyadari bahwa aksi saling menyalahka adalah permainan yang sangat berbahaya. Sebab, hal itu dapat dengan mudah membakar situasi di kawasan.

Alawi mengunjungi Iran pada Senin lalu. Dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Dalam keterangan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Iran, Alawi dan Zarif membahas tentang hubungan bilateral dan perkembangan regional serta internasional terkini.

Ketegangan antara Iran dan AS dimiulai sejak Washington mengerahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan pesawat bomber B-52 ke Teluk Persia. Langkah itu dinilai merupakan sebuah upaya AS untuk menekan Iran agar bersedia merundingkan program nuklirnya.

Sejak saat itu, kedua negara terlibat dalam retorika yang kian memanaskan situasi Teluk. Iran dan AS sama-sama menyatakan tidak menginginkan peperangan. Namun mereka juga menegaskan siap bila harus terlibat dalam konfrontasi militer.

Sejumlah negara, seperti Jerman, Inggris, termasuk Uni Eropa, telah memperingatkan kedua negara agar menahan diri dan menghindari provokasi. Hal itu penting dilakukan karena Teluk merupakan kawasan yang riskan dan mudah tersulut konflik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement