REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Siang itu tempat pemandian air panas di SPBU Hasanurrohmah, Ciawi, Tasikmalaya terlihat sepi. Hanya satu-dua orang yang datang untuk berendam air panas. Sepinya pemandian ini tak seperti tahun-tahun lalu sebelum ada Tol Cipali.
"Sebelum ada Tol Cipali, banyak pemudik yang ke sini untuk berendam air panas. Sekarang mah ya begini saja, turun sekarang mah omzetnya," kata petugas loket pemandian air panas SPBU Hasanurrohmah, Iik Abdul Holik, Senin (3/6).
Terlebih, sekarang makin banyak jalan tol alternatif yang mengarah ke Jawa Timur sehingga pemudik beralih melintasi tol. Padahal sebelum ada tol, banyak pemudik yang berdatangan dari arah Bandung hanya untuk berendam air panas bahkan di waktu siang. Hingga sore, makin banyak pemudik yang berendam dan puncak keramaiannya di malam hari.
Lain dulu lain sekarang. Semula Iik bisa meraup omzet sampai Rp 1 juta per hari. Namun pada momen mudik 2018 lalu omzet mulai menurun menjadi Rp 300 ribu per hari. Untuk mencapainya pun tertatih-tatih. Omzet tersebut makin jatuh di tahun ini. Meski sudah menginjak H-2 Lebaran, pemandian air panas ini hanya mampu meraih omzet Rp 150 ribu.
Bahkan pada H-4 Lebaran kemarin sempat hanya Rp 100 ribu. Angka ini jauh berbeda jika dibandingkan musim mudik 2016 ke belakang. Saat itu, selama satu pekan sebelum dan setelah Lebaran, omzetnya bisa mencapai Rp 1 juta dalam sehari. "Kalau dulu mah dari 2012 sampai 2016 ramai, 2017 sudah mulai terlihat menurun," ungkap dia.
Iik, yang sudah menjadi petugas loket pemandian sejak tujuh tahun lalu, menyadari omzet di momen mudik kali ini sama saja seperti di hari-hari biasa. Di luar bulan Ramadhan, omzet pemandian air panas yang telah berdiri sejak 10 tahun lalu itu berkisar antara Rp 50 sampai Rp 150 ribu per harinya.
Bagi Anda pemudik yang melintasi jalur selatan via Limbangan, bisa rehat sejenak untuk berendam di tempat ini. Letaknya berada di belakang SPBU Hasanurrohmah, SPBU kedua di sebelah kiri seusai melewati turunan Gentong dari arah Bandung. Tarif masuk pemandian air panas alami dari kawah Karahabodas ini hanya Rp 5 ribu.
Dampak jatuhnya pendapatan juga dirasakan restoran Racik Desa yang berada tepat di sebelah pemandian air panas. Supervisor restoran tersebut, Rudi, mengakui ada dampak yang signifikan pada pendapatan restoran usai Tol Cipali beroperasi.
Rudi menjelaskan omzet restoran bisa menyentuh angka Rp 30 juta per hari pada momen mudik menjelang Lebaran. Bahkan, selama sepekan setelah Lebaran omzetnya masih di kisaran itu. "Tapi sekarang mengejar Rp 10 juta juga susah," papar dia.
Meski begitu Rudi mengakui restoran masih memperoleh keuntungan. Akan tapi besarannya hanya cukup untuk menutupi gaji para pegawai. Pemilik restoran ini sekarang juga tidak begitu banyak menikmati hasil keuntungan. "Ya sudah saja untuk bayar pegawai," ucap pria asli Tasikmalaya dengan logat khas sundanya ini.
Rudi tak bisa berharap banyak dalam situasi ini. Dia menyadari bahwa rezeki sudah ada yang mengatur. Namun di lubuk hati terdalam masih menyimpan harapan agar tempat-tempat usaha di sepanjang jalur selatan ini bisa tetap hidup.