Menurut Yayan, selain untuk mengumpulkan warga ketika malam takbiran, kegiatan rampak bedug awalnya dimaksudkan menggali potensi yang ada di Desa Kamulyan. Desa Kamulyan sudah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata.
Namun yang paling penting, ia mengatakan, tujuan dari diselenggarakannya kegiatan itu tak lain agar warga berkumpul dan bersilaturahim. "Acara ini dibuat untuk mempererat tali silaturahim dan persaudaraan. Supaya tidak terjadi yang negatif dari Desa Kamulyan," kata dia.
Menurutnya, semakin tahun peminat Gebyar Beduk dan Gema Takbir semakin meningkat. Ia mengatakan, acara yang hanya awalnya hanya melibatkan warga di Desa Kamulyan kini sudah diikuti oleh peserta dari seluruh desa di Kecamatan Manonjaya. Karena itu, ia berharap ke depannya kegiatan itu bisa lebih masif lagi dilakukan, sehingga bisa menjadi identitas wilayah tersebut.
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Aang Budiana mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh para pemuda itu. Dia berpendapat, dengan adanya kegiatan itu Desa Kamulyan menjadi punya identitas pembeda dengan kegiatan takbiran di walayah lainnya.
Warga mengikuti tradisi memukul bedug beramai-ramai saat malam takbiran di Desa Kamulyan, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (4/6) malam. Foto: Republika/Bayu Adji P.
Namun, ia mengingatkan masyarakat tetap konsisten menyelenggarakan kegiatan tersebut. "Jadi tak hanya menjadi acara yang hari ini ada, tahun besok hilang. Apalagi sudah bertahan beberapa tahun," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, kegiatan Gebyar Bedug dan Gema Takbir harus dijadikan ajang kreasi bagi para pemuda yang ada di wilayah Kecamatan Manonjaya. Ia berharap, ke depan acara tersebut akan lebih meriah.
"Tidak menutup kemungkiman di Kabupaten Tasikmalaya nanti dijadikan ikon. Saya lihat di sini jarang acara ini. Kegiatan ini harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan," kata dia.