REPUBLIKA.CO.ID, PADANG – Setelah Ramadhan berakhir, kaum Muslimin disunnahkan merayakan Idul fitri, mengekspresikan kegembiraan dengan bersilaturahim. Dalam narasi ke-Indonesia-an, silaturahim dimaknai dengan saling berkunjung, sungkeman dan juga membuat acara halal bihalal untuk kelompok, komunitas, lembaga swasta dan bahkan negara
“Dilihat dari segi tujuan, silaturahim itu punya tujuan yang mulia untuk mengokohkan persaudaraan, persatuan dan membangun kebersamaan. Tapi tidak sedikit acara halal bihalal atau silaturahim berbuah kesia-sia-an dan dosa. Hal itu karena acara yang dibuat dikemas dalam bentuk hiburan, perjudian, mengumbar aurat, ikhtilat (berduaan sepasang lelaki dan perempuan yang bukan muhrim), bergunjing, menumbuhkan memori cinta lama,” kata Sekretaris Umum (Sekum) MUI Kota Padang, Ustaz Mulyadi Muslim Lc, MA.
Ia mengemukakan hal tersebut, saat mengisi acara silaturahim akhir Ramadhan 1440 H di Aula Kantor Walikota Padang, Senin (3/6). Acara tersebut dihadiri sekitar 500 orang. Mereka adalah pegawai Badan Pendapatan Daerah Kota Padang.
Hal-hal negatif tadi, Mulyadi menambahkan, harus dihindari, agar silaturahim dan halal bihalal menjadi bermakna. “Hal-hal negatif berbuah kesia-siaan dan dosa mesti diwaspadai oleh setiap Muslim. Jadikan silaturahim untuk menambah umur, membangun jaringan dan menambah rezeki. Jangan jadikan silaturahim untuk berbuat maksiat dan menambah dosa,” tegas Mulyadi seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (9/6).
Dalam kesempatan tersebut, Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah mengajak warga Kota Padang untuk menyambut para perantau yang mudik ke Padang, dengan baik.
“Mari kita sambut para perantau dengan santun dan keramahan. Ini penting, supaya perantau dan pengunjung Kota Padang betah dan terkesan dengan keindahan Kota Padang, dan dapat bersilaturahmi dengan keluarga dalam keadaan nyaman,” ujar Mahyeldi.