REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Harga emas yang tinggi tidak menyurutkan niat masyarakat membeli logam mulia itu selama Ramadhan dan Idul Fitri di Qatar. Penjualan perhiasan emas di Qatar melonjak hingga 25 persen selama libur Ramadhan dan Idul Fitri.
"Salah satu faktor utama di balik penjualan tinggi adalah periode liburan,” kata Kepala Regional, Malabar Gold and Diamond, Qatar, Santosh TV dilansir The Peninsula, Senin (10/6).
Dia menjelaskan banyak ekspatriat membeli emas sebelum pulang ke negara asalnya untuk merayakan Idul Fitri dan liburan musim panas. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah penyelenggaraan festival India, Akshaya Tritiya pada pekan pertama Mei 2019.
“Kami menyaksikan penjualan tinggi karena orang India membeli emas selama Akshaya Tritiya,” ujar Santosh.
Akshaya Tritiya adalah festival India. Masyarakat setempat percaya, membeli perhiasan emas, koin, dan batangan selama festival bisa mendatangkan keberuntungan.
Harga emas pun meningkat selama dua pekan terakhir akibat tingginya permintaan dan faktor global lainnya. Satu gram emas 22 karat dihargai senilai 156 riyal Qatar (sekitar Rp 610 ribu), padahal sebelumnya seharga 145 riyal Qatar per gram (sekitar Rp 567 ribu).
“Idul Fitri menjadi waktu sibuk bagi toko perhiasan dan kami mengharapkan respons semacam ini karena ini adalah fenomena tahunan,” ujar Santosh.
Dia menjelaskan, pelanggan terlihat menyerbu toko perhiasan jelang Idul Fitri setiap tahunnya. Permintaan lebih banyak untuk perhiasan daripada emas batangan. Permintaan emas batangan tidak musiman dan berfluktuasi terhadap harga.
Pada 2019, tren harga emas akan bergantung pada pergerakan nilai tukar riyal Qatar terhadap dolar AS dan suku bunga di AS. Apabila nilai tukar dolar AS melemah, maka harga emas cenderung lebih murah. Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga karena mendorong imbal hasil obligasi dan cenderung meningkatkan dolar AS.