REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) resmi menutup Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2019, Jumat (14/6). Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan hingga H+7 Lebaran, Kamis (13/6), jumlah kendaraan pada arus balik jauh lebih tinggi dibanding pada saat arus mudik.
Budi menyampaikan, dibanding tahun lalu, pada arus mudik tahun ini terdapat kenaikan satu persen untuk jumlah kendaraan yang melakukan perjalanan mudik, terdiri dari angkutan umum dan pribadi. Namun, pada arus balik kali tahun ini kenaikan mencapai 7,8 persen.
"Jadi, yang kembali ke Jakarta lebih banyak daripada jumlah yang pulang. Ini harus kita analisis lebih lanjut," kata Budi saat menutup Posko Mudik di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (14/6).
Budi menyampaikan, saat ini terdapat banyak alternatif moda transportasi untuk melakukan perjalanan mudik maupun balik khususnya untuk angkutan massal. Ia mencatat sejak H-7 sampai dengan H+7 Lebaran seluruh moda transportasi mengalami kenaikan penumpang, kkecuali transportasi udara yang anjlok cukup besar.
Lebih rinci, angkutan jalan naik 11 persen, penyeberangan naik 0,43 persen, kereta api naik 6,62 persen, angkutan laut naik 8,77 persen. Adapun angkutan udara anjlok sampai dengan 27,37 persen. Dengan begitu, total masyarakat yang menjalani mudik dan balik pada musim libur Lebaran tahun ini khusus menggunakan angkutan umum mencapai 18,79 juta orang.
Budi menyampaikan, sementara diduga masyarakat yang masuk ke Jakarta pada arus bali kali ini kemungkinan tambahan dari mereka yang telah mudik dengan waktu lebih dari satu bulan. Momen liburan Lebaran menjadi waktu terakhir liburan sehingga terjadi penumpukan arus balik ke Jakarta.
Pasca-Lebaran juga ditandai dengan dimulainya kembali pembangunan yang banyak melibatkan pekerja dari berbagai daerah. "Bisa jadi ada orang yang sudah mudik dua sampai tiga bulan yang lalu tapi kita tidak catat dan dia kembali setelah liburan panjang. Saya sudah tugaskan Balitbang untuk teliti fenomenanya," ujar Budi.
Menurut Kemenhub, ke depan untuk mengantisipasi lonjakan arus mudik dan balik, diperlukan penambahan angkutan massal, khususnya bus. "Misalkan bisa kita tambah satu tahun 5.000 sampai 10 ribu bus. Itu bisa angkut ratusan ribu orang dan itu (membuat) pergeseran penumpang angkutan," ujar Budi.