Rabu 26 Jun 2019 22:48 WIB

Prancis Selidiki Peluang Kelalaian pada Kebakaran Notre Dame

Kebakaran hebat melalap Katedral Notre Dame pada 15 April lalu.

Petugas dari Paris Fire Brigade berusaha memadamkan api di Katedral Notre-Dame, Selasa (16/4). Gereja bersejarah berusia hampir 900 tahun itu terbakar pada Senin (15/4).
Foto: Benoit Moser, BSPP via AP
Petugas dari Paris Fire Brigade berusaha memadamkan api di Katedral Notre-Dame, Selasa (16/4). Gereja bersejarah berusia hampir 900 tahun itu terbakar pada Senin (15/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis tidak mempunyai dasar untuk meyakini bahwa kebakaran yang menghancurkan Katedral Notre Dame Paris pada April lalu, adalah akibat dari aksi kejahatan. Kendati demikian, mereka menyelidiki kemungkinan adanya kelalaian, menurut kejaksaan Paris.

"Jika ada kesalahan tertentu, yang mungkin bisa menjelaskan skala nyalanya api, telah terungkap, penyelidikan yang dilakukan hingga saat ini tetap belum bisa menentukan penyebab api," kata Jaksa Paris, Remy Heitz, dikutip Reuters, Rabu (26/6).

Baca Juga

Bagaimanapun, Heitz menambahkan, sebuah penyelidikan telah diarahkan pada kemungkinan adanya kelalaian yang menyebabkan kemunculan api. 

Kebakaran hebat melalap Katedral Notre Dame pada 15 April lalu, dan memusnahkan bagian atap dari bangunan ikon kota Paris tersebut. Dalam kejadian itu, tim pemadam kebakaran bisa menyelamatkan menara lonceng utama serta dinding bagian luar sebelum api tambah membesar.

Pemerintah Prancis saat itu mengatakan, belum diketahui dari mana asal mula api. Tapi Pendeta Notre-Dame, Monsignor Patrick Chauvet mengatakan ada kemungkinan api bermula dari jaringan interior blok kayu yang sebagian besar berasal dari abad pertengahan dan dikenal sebagai 'the forrest'. 

Pemerintah Prancis mengatakan tidak ada korban meninggal dalam kejadian itu. Tapi beberapa pemadam kebakaran dari sekitar 700 personel yang turun mengalami terluka serius. 

Selama berabad-abad Raja dan Ratu Prancis menikah dan dimakamkan di sana. Pelantikan Napoleon sebagai kaisar pada 1804 dilakukan di Notre-Dame. Seromoni Pembebasan Paris dari Jerman pada 1944 yang dipimpin Charles de Gaulle juga digelar di katedral itu.

Para pemimpin dunia berkumpul di katedral itu dalam sebuah peringatan kematian De Gaulle pada 1970. Lalu pada peringatan kematian Presiden Prancis François Mitterrand pada 1996. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement