Kamis 18 Jul 2019 15:27 WIB

Lima Tahun Berlalu, Keluarga Korban MH17 Masih Cari Keadilan

Pesawat MH17 ditembak dan jatuh di Ukraina Timur pada 2014.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Pemerintah Rusia menolak bertanggung jawab atas tragedi MH17.
Foto: abc news
Pemerintah Rusia menolak bertanggung jawab atas tragedi MH17.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Penyelidikan jatuhnya pesawat Malaysian Airlines MH17 sudah berlangsung selama lima tahun. Keluarga korban menyerukan agar pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut segera dibawa ke pengadilan. 

Pesawat Malaysian Airlines MH17 ditembak dan jatuh di atas wilayah yang dipegang oleh pro-Rusia di Ukraina timur pada 17 Juli 2014. Pada bulan lalu, penyelidik internasional mengidentifikasi empat tersangka yang diyakini bertanggung jawab karena membawa rudal buatan Rusia untuk menembak pesawat.

Baca Juga

Para tersangka yang terdiri dari tiga warga Rusia dan satu warga Ukraina akan menghadapi dakwaan pembunuhan atas kematian 298 penumpang dan kru pesawat MH17. Salah satu keluarga korban, Nur Diyana Yazeera berharap pihak berwenang tetap melanjutkan penyelidikan dan menegakkan keadilan bagi keluarga korban.

Diketahui, ibu dari Nur yang bernama Dora Shahila Kassim merupakan kru dari pesawat MH17. "Kami tidak akan menemukan empat tersangka yang diduga bersalah atas insiden ini jika kami tidak terus bergerak maju," ujar Nur saat upacara peringatan lima tahun jatuhnya MH17, Kamis (18/7).

Upacara peringatan tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia dan Kedutaan Besar Belanda di Malaysia. Para keluarga korban berkumpul untuk mengheningkan cipta selama satu menit pada jam 21.20 malam, yang menandai waktu jatuhnya pesawat. 

Patrick Sivagnanam, yang kehilangan tiga anggota keluarga dalam tragedi itu, mendesak pemerintah Malaysia untuk terus memperbarui perkembangan penyelidikan kepada keluarga korban. "Yang kami minta adalah Anda datang kepada kami dan memberikannya kepada kami (temuan Anda), dan kemudian mungkin kami dapat membuat keputusan yang tepat," ujarnya. 

Bulan lalu, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mempertanyakan objektivitas para penyelidik. Mahathir mengatakan, Rusia dijadikan kambing hitam atas jatuhnya pesawat MH17. Pernyataan Mahathir tersebut membuatnya berselisih dengan perwakilan Malaysia di tim investigasi bersama. 

Aljazirah melaporkan, empat tersangka yang telah diidentifikasi oleh Tim Investigasi Gabungan lima negara antara lain, Igor Girkin, Sergei Dubinskiy dan Oleg Pulatov asal Rusia. Sedangkan, satu orang warga Ukraina bernama, Leonid Kharchenko. 

Girkin, Dubinskiy, dan Pulatov memiliki hubungan dengan dinas intelijen militer dan sipil Rusia. Sedangkan, Kharchenko adalah seorang komandan pemberontak senior pada saat pesawat Malaysia ditembak oleh sebuah rudal.

Sejak awal ada kecurigaan mengenai keterlibatan Rusia. Namun, pada September 2016 para penyelidik mengatakan, mereka memiliki bukti yang tidak terbantahkan bahwa sistem rudal yang digunakan untuk menembak pesawat dipindahkan dari perbatasan wilayah Federasi Rusia. 

Rusia membantah keterlibatan dalam penembakan MH17, dan menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak memiliki bukti kuat atau tidak berdasar. Rusia menyatakan, tuduhan itu dirancang untuk merusak reputasi internasional negara tersebut. 

Juru bicara Public Prosecution Service Belanda, Brechtje van de Moosdijk mengatakan, Rusia belum memberikan bantuan investigasi. Hingga kini, Rusia belum menjawab sejumlah pertanyaan investigasi penting.

"Pihak berwenang Rusia sejauh ini tidak bekerja sama. Meskipun permintaan (sudah diajukan) berulang-ulang, mereka belum menjawab sejumlah pertanyaan investigasi penting," ujar van de Moosdijk kepada Aljazirah. 

Pesawat MH17 ditembak jatuh setelah tiga jam penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, ketika terbang di atas wilayah yang berada di bawah kendali pemberontak separatis pro-Rusia yang berperang melawan pasukan Ukraina. Rudal menghantam sisi kiri kokpit dan pesawat meledak di udara kemudian jatuh ke darat. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement