REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Menghadapi musim kemarau, antisipasi serta pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus dilakukan. Di Riau, APP Sinar Mas telah menyiapkan sejumlah strategi menanggulangi karhutla di wilayah konsesi.
Fire Operation Managemen Head PT Arara Abadi, Deny Widjaya, mengatakan APP Sinar Mas telah memiliki sistem manajemen penanggulangan kebakaran hutan terintegrasi (Integration Fire Management/ IMF) yang dibangun sejak 2016.
"Sistem tersebut terdiri dari empat pilar yaitu pencegahan, persiapan, deteksi dini dan respons cepat," ujar Deny, di kantor APP Sinar Mas Riau, Kamis (25/7).
Di tahap pencegahan, Perusahaan menyusun area peta rawan kebakaran, membentuk satgas anti kebakaran dan membentuk pos pemantau terpadu. Selain itu, perusahaan juga melakukan sosialiasi kepada masyarakat, salah satunya melalui pembentukan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
Pada tahap persiapan, perusahaan menyiagakan 862 orang regu pemadam kebakaran (RPK) dan 505 personel masyarakat peduli api (MPA). Dari sisi peralatan, Perusahaan menyiapkan 46 unit speedboat, 5 unit airboat, 24 drone, hingga 4 unit helikopter water bombing.
Di tahap deteksi dini, perusahaan menyiapkan 32 unit kamera thermal dan CCTV, 43 menara api yang tersebar di beberapa wilayah. Semua peralatan ini digunakan oleh tim IMF saat patroli di darat, air dan udara untuk melakukan pemantauan api.
Perusahaan melakukan pemantauan titik panas melalui citra satelit yang tersambung ke situation room. Situation room bekerja 24 jam untuk memantau titik panas. Apabila ada perubahan titik panas yang tidak biasa, Perusahaan akan menugaskan tim respons cepat (TRC) untuk melakukan verifikasi lapangan.
"Jika terbukti ada titik api, kami akan langsun kirim tim. Dengan TRC, kurang dari 0.5 hektar api sudah bisa dipadamkan," ujar Denny.
Selain itu, menurut Deny, Perusahaan juga berkomitmen menanggulangi kasus kebakaran yang ada di luar wilayah konsesi. Perusahaan tetap melakukan pemadaman apabila terjadi kebakaran di 5 kilometer di luar wilayah konsesi.
"Banyak kasus kebakaran justru terjadi di luar konsesi kami, 1.5 km dari konsesi kami," ujar Deny.