Ahad 28 Jul 2019 21:36 WIB

Saat Milenial Berburu Rumah Pertama

Penurunan suku bunga acuan diharapkan berdampak pada turunnya bunga kredit.

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Gita Amanda
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bisa jadi alternatif pembiayaan untuk membeli properti.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bisa jadi alternatif pembiayaan untuk membeli properti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah lima tahun Khalezza Hidayah (28 tahun) tinggal di Jakarta. Ia bekerja di salah satu perusahaan penerbitan buku di Depok.

Selama ini ia tinggal di tempat kos yang berjarak sekitar setengah jam dari kantor. Lisa, sapaan akrabnya, tak mau terus-terusan tinggal di rumah orang lain.

Baca Juga

Dia punya cita-cita untuk memiliki rumah tinggal sendiri. "Saya ingin punya rumah untuk masa depan," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (22/7) lalu. 

Lisa sadar untuk mencari rumah tapak di pusat kota Jakarta butuh uang yang tak sedikit dan ia belum mampu membelinya.

Pada Maret lalu ia menghadiri sebuah pameran properti di Jakarta. Ini sudah ketiga kalinya ia datang ke pameran. Sebelumnya ia tak kunjung "jodoh" untuk mendapatkan rumah.

Satu per satu Lisa melihat stand properti. Hingga akhirnya ia berhenti pada satu titik. Lisa membolak-balik brosur yang ditawarkan dan mendengarkan penjelasan dari pihak marketing. "Mereka menawarkan apartemen," ceritanya.

Lisa sadar, rumah itu bukan rumah tapak seperti diinginkan. Namun harga yang lebih masuk akal serta lokasi dekat dari stasiun membuat ia berubah pikiran.

Lisa pun mengaku sempat ragu, tapi setelah berkunjung langsung ke lokasi apartemen di Bekasi Barat, ia merasa yakin. "Saya akhirnya ambil di sini untuk investasi masa depan," tuturnya.

photo
Khalezza Hidayah melihat salah satu buku hasil desainnya.

Sebagai bagian dari generasi milenial, Lisa tak ingin uang tabungannya hanya mengendap di bank atau habis begitu saja untuk belanja konsumtif. Ia ingin mengalihkan uang tabungan untuk sebagian hal lain.

Setelah harga cocok, Lisa langsung membayar uang muka pada April 2019.  Apartemen yang ia beli adalah tipe studio dengan luasan sekitar 21 meter persegi.

Sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) terbaru yang berlaku 1 Agustus 2018, pengaturan Loan to Value (LTV) pembelian diserahkan kepada bank. Melalui ketentuan baru ini, bank bisa memberikan down payment (uang muka) 0 persen kepada konsumen.

Namun, bank tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh BI, termasuk non performing loan (NPL). Kredit bermasalah di sektor properti harus kurang dari lima persen.

Lisa sadar ketentuan BI itu sangat memudahkan generasi milenial. Namun ia memilih jalur moderat. Artinya, ia tetapi memilih membayar uang muka agar cicilannya lebih ringan. "Saya pilih kumpulkan uang dulu buat DP (uang muka), agar cicilannya tak berat," ujar wanita yang berprofesi sebagai desain grafis itu.

Ia mengungkapkan, harga apartemen sekitar Rp 385 juta. Lantas setelah mendapat diskon menjadi Rp 360 juta. Lisa membayar uang muka 20 persen atau di kisaran Rp 70 juta. Anak keempat dari lima bersaudara itu mengaku hanya bisa membayar sebatas 20 persen. Karena itu, ia bersyukur BI tak meninggikan batas uang muka.

Lisa mengambil cicilan untuk 18 tahun. Jebolan salah satu universitas di Yogyakarta ini pun selalu menyambut baik jika bunga acuan Bank Indonesia turun. Ia berharap penurunan suka bunga acuan seperti yang dilakukan BI kemarin akan berdampak pada turunnya bunga kredit. "Ya, kalau kita sih maunya bunganya selalu rendah," ujarnya sambil tersenyum. 

Pada pertengahan Juli lalu Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reserve Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Keputusan itu didasarkan atas perkiraan rendahnya inflasi dan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Sama dengan Lisa, generasi milenial lainnya,  Amir Agung Khairullah (28 tahun) juga ingin memiliki rumah sendiri. Apalagi ia akan menikah pada bulan depan. Agung ingin istrinya tinggal di rumah langsung, tanpa harus menumpang ke orang tua. "Abis nikah Agustus nanti saya langsung ke rumah yang saya beli," ujarnya.

Namun ia memilih untuk mencari rumah tapak meski lokasinya jauh di ujung Kabupaten Tangerang. Rumah yang ia beli berjarak sekitar sekitar 50 menit dari tempatnya bekerja di Jatake.

Ia membeli rumah tipe 36 dengan luas tanah 60 meter persegi pada awal tahun ini. Harga rumah sekitar Rp 230 juta. Uang mukanya terbilang terjangkau. "Uang mukanya saya kasih Rp 14 juta," ujarnya.

Ia sudah akad dengan Bank Tabungan Negara (BTN). Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengambil jangka cicilan selama 20 tahun. "Ya, Alhamdulillah harganya masih masuk, dan uang mukannya juga tak memberatkan," ujarnya.

Sama dengan Lisa, selain DP yang terjangkau, ia juga berharap suku bunga bank tak terlalu memberatkan. Agung ingin Bank Indonesia bisa tetap menahan agar suku bunga acuan berada di posisi rendah atau moderat.  

photo
Suku bunga KPR di sejumlah bank.

Masalah generasi milenial yang sulit punya rumah ini sempat dipersoalkan oleh mantan wakil gubernur DKI Sandiaga Uno. Sandiaga menyinggung gaya hidup generasi milenial yang sangat konsumtif sehingga menyebabkan mereka tak memiliki uang cukup buat menabung, apalagi memiliki rumah sendiri. Sementara ruang lahan untuk rumah semakin sedikit dan mahal.

Menurut Sandi, investasi terbaik sekarang ada di bidang properti. Jika tak memiliki investasi properti, generasi milenial tidak akan dapat merasakan kenaikan nilai aset mereka. Adapun aset-aset konsumtif seperti mobil, motor maupun gawai cenderung akan menurun.

Secara terpisah Direktur Consumer Banking Bank Tabungan Negara (BTN) Budi Satria mengakui generasi milenial termasuk yang menjadi sasaran BTN. BTN, kata ia, memiliki program khusus untuk menyasar generasi milenial. Progam tersebut selaras dengan kebijakan Loan to Value (LTV) Bank Indonesia. "Kita ada KPR BTN Millenial “KPR Gaeess” yang ditujukan untuk milenial," ujar Budi ketika dihubungi, Sabtu (27/7).

Menurut Budi, sejak 2018 BTN telah menyalurkan produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk kalangan milenial dengan rentang usia mulai 21 sampai dengan 35 tahun. Kelebihan dari program "KPR Gaeesss" selain jangka waktu KPR sampai dengan 30 tahun, uang mukanya mulai dari 0 persen. 

Selain itu suku bunga 8,99 persen fixed rate dua tahun berlaku untuk seluruh plafond. "Bebas pengendapan dana, diskon 50 persen untuk provisi dan administrasi," ujarnya.

Tak hanya BTN yang punya program khusus untuk milenial. Bank Mandiri juga mempunyai program untuk menggaet nasabah milenial dengan nama "Mandiri KPR Milenial".

Sama dengan BTN, Mandiri juga mempromosikan cicilan ringan tanpa DP serta tenor yang panjang. Pilihan tenor dari 10 tahun hingga 25 tahun. Suku bunga fixed dari mulai 7,99 persen hingga 9,15 persen selama lima tahun.

Tumbuhnya minat milenial untuk membeli rumah turut mempengaruhi peningkatan penjualan rumah. Hasil survei menunjukkan penjualan properti residensial pada triwulan I-2019, secara triwulan tumbuh 23,77 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang -5,78 persen. Angka itu juga lebih tinggal 10,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Membaiknya pada triwulan I-2019 disebabkan oleh peningkatan penjualan pada tipe rumah kecil dan besar serta stabilnya pertumbuhan penjualan rumah besar. Pada triwulan I 2019, penjualan rumah tipe kecil meningkat dari -12,28 persen pada triwulan sebelumnya menjadi 30,13 persen.

photo
Penjualan rumah triwulan pertama 2019.

Manajer Departemen Makro Prudensial BI, Bayu Adi Gunawan dalam satu kesempatan mengungkapkan, secara komposisi dari 2014 hingga 2017 pangsa kredit KPR untuk usia 25 hingga 35 tahun mengalami peningkatan. Generasi milenial, kata ia, sekarang sudah mulai peduli untuk membeli atau memiliki properti. Terutama di segmen yang rumah menengah, rumah tapak tipe 22 hingga 70 meter persegi, termasuk apartemen.

Ia mengatakan, pertumbuhan KPR berdasarkan tipe per Oktober 2018 terjadi pada jenis apartemen tipe 22-70 meter persegi sebesar 41,62 persen. Selain itu, apartemen tipe di atas 70 meter persegi tumbuh sebesar 25,98 persen.

Pertumbuhan KPR tertinggi berdasarkan tipe per Oktober 2018  terjadi pada rumah tapak tipe 22-70 meter persegi yang mencapai 18,24 persen. Kemudian rumah tapak tipe di atas 70 meter persegi sebesar 7,18 persen.

LTV bantu milenial

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menjelaskan, rumah yang dicari kalangan milenial biasanya di bawah Rp 500 juta. Karena jumlah uang yang masih terbatas kebijakan pelonggaran LTV Bank Indonesia tentu akan sangat membantu.

Mereka bisa membeli rumah dengan waktu cicil yang lebih panjang. Namun yang tak kalah penting adalah bagaimana suku bunga acuan juga tidak terlalu tinggi. 

Karena itu Bhima menyambut positif penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia beberapa waktu lalu. Karena hal tersebut bisa mendorong penjualan properti. "LTV dan suku bunga tentu akan memudahkan para milenial," kata Bhima ketika dihubungi.

Namun untuk mendorong milenial berinvestasi di rumah tak cukup dengan dua itu. Pihak bank perlu aktif memperbanyak kerja sama dengan industri maupun perusahaan. "Misal menggandeng usaha-usaha start-up," ujarnya.

Perencana keuangan independen Ruisatul Khoiriyah menyarankan agar generasi milenial untuk tak menunda-nunda dalam membeli rumah. Pasalnya harga rumah dan tanah setiap tahun semakin mahal. "Kalau tidak sekarang kapan lagi," ujar Rusia.

Ia memberi sejumlah tip bila milenial ingin memberi rumah. Pertama adalah menabung untuk uang muka. Caranya dengan menyisihkan gaji minimal 10-20 persen untuk membiayai uang muka. "Dari pada ngopi terus-terusan kita bisa sisihkan untuk menabung rumah," katanya dengan nada bercanda. 

Pastikan juga, kata ia, mengambil cicilan maksimal 30 persen dari pendapatan rutin. Ini penting agar, arus kas konsumen tidak terganggu.

Selain itu, usahakan mencari KPR yang masa fix rate-nya lebih panjang. Hal tersebut untuk mengantisipasi kenaikan bunga KPR di masa mendatang.  "Jadi kita harus lihat detil tawaran yang diberikan," katanya saat berbincang dengan Republika.co.id.

Soal kebijakan uang muka kecil dari mulai 0 persen, menurut Ruisa, hal itu bisa membantu bagi mereka yang kesulitan. Namun ia tetap menyarankan agar tetap memakai uang muka. "Ini supaya cicilannya bulannya lebih ringan," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement