Senin 29 Jul 2019 18:04 WIB

Petani Minta Pembangunan Gudang Cabai Jadi Prioritas

Belum adanya gudang penyimpanan khusus cabai membuat fluktuasi harga

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Petani menumpuk buah cabai usai dipanen di Pelompek, Gunung Tujuh, Kerinci, Jambi, Sabtu (4/5/2019).
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Petani menumpuk buah cabai usai dipanen di Pelompek, Gunung Tujuh, Kerinci, Jambi, Sabtu (4/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bergejolaknya harga cabai dalam beberapa bulan terakhir harus dijadikan bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam mengembangkan kapasitas gudang penyimpanan. Karakteristik cabai sebagai komoditas yang rentan rusak sangat berpengaruh terhadap fluktuasi harga.

Ketua Kelompok Tani (Poktan) Gemah Ripah 01 Malang, Yugiantoro (51) mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun gudang cabai yang memadai. Menurut dia, belum adanya gudang penyimpanan khusus cabai membuat fluktuasi harga selalu menjadikan petani sebagai korban paling utama.

Baca Juga

“Kalau produksi sedikit, petani yang disalahkan jual (dengan) harga tinggi, tapi kalau produksi banyak harga di petani nggak ada yang mau tahu,” kata Yugiantoro saat dihubungi Republika, Senin (29/7).

Berdasarkan pengalamannya selama ini, meski petani kerap diberikan pendampingan dan juga pembinaan terkait produksi cabai, hal paling krusial dinilai adalah di sektor penyimpanan. Untuk itu dia berharap pemerintah segera dapat membangun gudang penyimpanan cabai terutama di sejumlah wilayah sentra produksi.

Direktur Jenderal Tanaman Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto mengatakan, saat ini pemerintah memang sedang menyiapkan pembangunan gudang penyimpanan. Hanya saja dia menyebut, rencana itu masih dalam tahap pengkajian sebab membutuhkan sejumlah masukan dari berbagai elemen terkait.

“Kita kan perlu juga bicara ke daerah, swasta, dan lainnya untuk pembangunan (gudang penyimpanan) itu. Tapi yang jelas, kita arahnya sudah ke sana,” kata dia.

Adapun skema pembiayaan pembangunan gudang penyimpanan yang sedang direncanakan itu, menurut dia akan mencari berbagai kemungkinan yang ada. Pendanaan, katanya, bisa berasal dari pemerintah maupun swasta.

“Nanti kita komunikasikan juga ke swasta, karena saya baru dilantik hari ini. Tapi yang jelas, kalau ada kemungkinan pakai dana CSR (Corporate Social Responsibility) bisa, bisa saja kan?” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement