REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan menilai petani milenial adalah kunci kemajuan pertanian pada masa yang akan datang. Dengan segala kreativitas yang dimiliki, petani milenial akan mampu berinovasi mengembangkan pertanian di tengah bonus demografi yang tak terbendung.
"Milenial itu memang muda dari segi usia, namun esensi utamanya adalah semangat dan perspektif yang terbuka pada TIK, melek teknologi, dan inovatif," kata Kepala BPPSDMP Kementan Prof Dedi Nursyamsi pada Selasa [30/7].
BPPSDMP Kementan ke depan melaksanakan tugas pokok dan fungsi [Tupoksi] ketiga ´Pilar SDM Pertanian´ terkait objek bidang penyuluhan adalah petani, sementara objek dari bidang pendidikan dan pelatihan adalah praktisi sektor pertanian.
Tiga pilar SDM dari BPPSDMP Kementan akan sinergi meningkatkan kemampuan petani dan praktisi pertanian melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, magang, dan penumbuhan wirausahawan muda pertanian yang bermuara pada pengembangan korporasi petani.
Korporasi petani seperti diinstruksikan Presiden RI Joko Widodo adalah pendekatan agar pelaku utama pertanian lebih kuat apabila bergabung dalam satu manajemen. Sehingga masuk dalam skala ekonomi yang mampu bersaing dan mudah mengakses pasar. Juga mengembangkan jaringan pemasaran dan mengakses kredit perbankan seperti halnya pelaku utama di sektor ekonomi lainnya.
Menurutnya, korporasi dan inovasi teknologi adalah ´sasaran antara´ dari pengembangan petani milenial, dengan tujuan utama adalah swasembada pangan menyongsong Indonesia sebagai ´lumbung pangan dunia 2045´ sesuai target Mentan Amran Sulaiman mendukung pencapaian NawaCita.
Tiga pilar
Dia menjelaskan tiga pilar utama BPPSDMP Kementerian Pertanian yaitu penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan.
“Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian harus dibangun oleh ketiga pilar ini. Kalau satu pilar ini lemah, bukan hanya pincang, tetapi juga doyong,” tegas Dedi Nursyamsi. Menjawab pertanyaan seputar penyuluh pertanian-yang juga pejabatnya baru dilantik- ia mengatakan penyuluh pertanian itu obyek utamanya adalah petani.Petani adalah eksekutor pembangunan pertanian.
“Kalau ada ‘perang’, penyuluh pertanian harus berdiri paling depan.Dia harus tahan peluru, berlari cepat, dan menghindar cepat pula.Dan, karena penyuluh pertanian berdiri paling depan, tak kalah penting, ia harus punya daya kekuatan yang tinggi,” ujarnya.
Penyuluh Pertanian harus bisa mengungkit produktivitas, mengungkit produksi, dan harus bisa pula mengungkit pendapatan petani. “Nah, di sini penyuluh berperan bagaimana membuat petani itu kapasitasnya bisa meningkat, serta petani itu pendapatannya pun juga bisa meningkat,” selanya.
Petani harus mendapat akses ilmu pengetahuan dan teknologi atau Iptek, serta akses informasi, termasuk informasi pasar.Bahkan petani juga bisa mendapatkan akses permodalan.Petani juga bisa mendapatkan akses bagaimana caranya mendistribusikan hasil pertaniannya, sehingga petani mendapatkan harga yang layak.
Penguatannya melalui banyak cara. Antara lain bisa melalui penyuluhan langsung, demplot,face to face (ketemu), dan demo-demo. Penyuluh sangat kreatif. Apalagi IT sekarang sudah meningkat. Saat ini sudah dibuat aplikasi-aplikasi untuk penyuluh dan penyuluhan. Itu artinya petani yang memiliki handphone (HP) android setiap saat bisa mengakses informasi-informasi penting dari Kementerian Pertanian.
“Sedangkan bagi petani yang belum memiliki handphone android, penyuluh bisa terjun langsung ke lapangan.Oleh karena itu kita yang ada di Kementerian Pertanian ini harus berdayakan para penyuluh.Penyuluh juga harus berdayakan petani agar melek teknologi, dan menularkan ilmunya kepada petani,” pungkasnya.