REPUBLIKA.CO.ID, DONGGUAN — Perusahaan teknologi raksasa asal Cina, Huawei meluncurkan sistem operasi berpemilik untuk ponsel pintar dan perangkat lainnya. Alasannya, pembatasan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang diberlakukan pada Mei lalu mengancam untuk memotong akses ke Android.
Huawei mengatakan, bahwa saat ini akan tetap menggunakan Google Android untuk smartphone, dan perangkat lunak baru. Kemudian, secara bertahap akan diluncurkan untuk mendukung perangkat seperti jam tangan pintar, pengeras suara, dan gadget realitas virtual.
Sistem operasi yang baru ini adalah bagian dari upaya Huawei untuk mengembangkan teknologinya sendiri dari cip ke perangkat lunak. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungannya pada perusahaan-perusahaan AS, dalam kondisi perang dagang dengan Cina yang semakin intensif.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, bahwa negaranya tidak akan melakukan bisnis dengan Huawei. Namun, hal itu dapat berubah jika terdapat kesepakatan perdagangan di antara kedua belah pihak.
Huawei sebelumnya telah memberikan sedikit informasi tentang perangkat lunak, memicu spekulasi tentang seberapa cepat atau efektif bagi perusahaan itu untuk dapat menemukan alternatif bagi sistem Android. Sistem operasi yang dinamakan dengan Harmony OS tersebut disebut benar-benar berbeda dari Android dan iOS.
"Anda dapat mengembangkan aplikasi Anda sekali, lalu secara fleksibel menyebarkannya di berbagai perangkat yang berbeda," ujar Richard Yu, kepala kelompok bisnis konsumen Huawei.
Sebelumnya, Pemerintah AS yang dipimpin Trump menyuarakan kecurigaan bahwa Huawei dikendalikan oleh Pemerintah Cina, yang dapat memberi ancaman secara global. Namun, tuduhan ini telah dibantah oleh perusahaan yang didirikan oleh Ren Zhengfei, seorang mantan tentara Cina itu.
Huawei bukan perusahaan teknologi pertama yang ingin mengembangkan ekosistem yang kuat di sekitar perangkat lunaknya sendiri. Pesaingnya, yang lebih besar yaitu Samsung Electronics telah menggunakan sistem operasi sendiri yang disebut dengan Tizen, pada jam tangan pintar dan televisi.
Tetapi, upaya oleh perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) itu untuk menumbuhkan Tizen untuk menantang Android di telepon pintar telah digagalkan oleh kurangnya dukungan dari pengembang. Meski demikian, Huawei yakin psar Cina akan membantu perusahaan mereka mengatasi masalah seperti itu. Bahkan, Huawei mengatakan ada lebih dari 800 ribu pengembang di ekosistem produknya.
“Pasar Cina sangat besar, ada banyak pengguna dan mereka memiliki banyak permintaan, dan menyelesaikan tuntutan mereka akan menghasilkan banyak aplikasi, produk, dan ketika ini terjadi, dari pinggiran, akan menciptakan ekosistem inti, dan pasar Cina akan lanjutkan untuk memacu pasar luar negeri,” kata Marko Yang, seorang investor di studio pengembang Huawei.