Senin 12 Aug 2019 16:46 WIB

Persis: Idul Adha dan Tasyrik Teladankan Sunah Ibrahim AS

Idul Adha dan tTasyrik momentum para elite menunjukkan komitmen kebangsaan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum PP Persis KH Aceng Zakaria.
Foto: Darmawan/Republika
Ketua Umum PP Persis KH Aceng Zakaria.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis), KH Aceng Zakaria, menyampaikan harapannya kepada para elite politik dalam momen Idul Adha di mana hari ini adalah hari tasyrik (12-14 Agustus/11-13 Zulhijjah). Di Hari Nahar (10 Dzulhijah) atau hari tasyrik, umat Islam diperintahkan untuk berkurban.

"Kaitannya sekarang yang masih terhitung sebagai ayyamul tasyriq (hari tasyrik), masih ada kaitan dengan Idul Adha, kami berharap agar elite-elite politik, para tokoh, dan umat Islam pada umumnya dapat mengambil pelajaran dari peristiwa Idul Adha yang terus diperingati tiap tahun," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (12/8).

Baca Juga

Idul Adha, ujar Aceng, adalah hari raya berkurban, yang secara formal berarti penyembelihan hewan kurban. Namun, lebih dari itu, berkurban juga dalam rangka berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan ridha-Nya.  

"Maka kami berharap para elite politik apalagi yang beragama Islam mengambil pelajaran Idul Adha untuk berkurban, dalam arti berupaya mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan ridha-Nya," tuturnya.  

Terlebih, kata Aceng, sebagai negara dengan berpenduduk mayoritas Muslim, elite politik harus berupaya melakukan perubahan terhadap kondisi umat Islam di negara ini. 

Dia mengajak elite politik untuk memperkuat keimanan demi keamanan umat dan masyarakat. Sebab baginya, tidak mungkin menjadi aman kalau tidak dilandasi iman  

Kedua, Aceng menyampaikan soal pengorbanan Nabi Ibrahim yang sungguh besar karena telah mengorbankan dirinya sendiri dan keluarganya. "Dalam satu tafsir, disampaikan bahwa ada 30 mata ujian yang diberikan kepada Nabi Ibrahim yang akhirnya lulus dan mendapat gelar khalilullah atau kekasih Allah," tuturnya.  

Aceng menjelaskan, Nabi Ibrahim diuji ketika diperintahkan Allah SWT agar melakukan perjalanan bersama istrinya, Hajar, dan anaknya yang masih bayi, Ismail, ke Makkah yang saat itu belum ada apapun. 

Jangankan orang, tanaman pun tidak ada. Namun, Allah tidak akan mencelakakan umatnya, hingga akhirnya sekarang menjadi Makkah yang dikunjungi orang Islam di dunia.  

Ujian lainnya yaitu ketika datang perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail, yang sudah besar. Semula dikira akan menyembelih Ismail, tetapi ternyata diganti dengan hewan kurban kambing.

"Ini gambaran bahwa segala perintah Allah itu tidak akan membinasakan umatnya, tidak akan merusak umatnya, seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim ini," ucapnya.  

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Ibrahim bersama istri dan anaknya itu, papar Aceng, adalah soal pengorbanan. Karena itu umat Islam perlu melakukan pengorbanan demi mencapai ridha Allah SWT.  

"Jadi, bukan hanya memikirkan kepentingan diri kita, pribadi, kepentingan politik dan golongan, tetapi juga berupaya mengorbankan apa yang ada pada diri kita untuk mendapat ridha Allah SWT," ujarnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement