Kamis 15 Aug 2019 06:03 WIB

AS: Cina tidak Longgarkan Tarif Usai Penundaan Trump

Ada kemungkinan perundingan mengakhiri perang dagang akan dilanjutkan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump di Beijing, Cina.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump di Beijing, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan, Cina tidak melonggarkan tarif impor mereka setelah Presiden Donald Trump menunda menaikkan tarif impor barang Cina yang tersisa. Mereka menambahkan ada kemungkinan perundingan yang bertujuan mengakhiri perang dagang akan dilanjutkan dan pasar harus bersabar.

"Ini bukan quid pro quo," kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross di stasiun televisi CNBC, Rabu (15/8).

Baca Juga

Ia menggunakan frasa latin yang artinya bantuan dibalas dengan bantuan. Trump menunda rencana menaikkan tarif impor Cina sebesar 10 persen yang awalnya dijadwalkan pada 1 September mendatang. Presiden AS ke-45 itu memundurkan jadwalnya menjadi 15 Desember.

Kenaikan impor ini mengincar produk teknologi, baju dan sepatu dari Cina. Penangguhan ini melegakan penjual dan raksasa teknologi yang terombang-ambing ketika perselisihan perdagangan dua perekonomian terbesar di dunia memasuki tahun kedua.

Penundaan yang dilakukan Trump diumumkan saat perekonomian dunia sedang melambat. Saham AS menurun tajam dan pasar obligasi menunjukan tanda-tanda resesi dimana yield curve keuangan AS terbalik untuk pertama kalinya sejak 2007.

Dalam kesempatan terpisah di stasiun televisi Fox, Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan keputusan penundaan kenaikan tarif dilakukan agar tidak merugikan bisnis AS. Perusahaan-perusahaan AS sudah membuat kontrak membeli barang-barang China untuk dijual selama musim liburan Natal.

Trump mengatakan penundaan ini dilakukan untuk melindungi penjualan selama Natal. Menurut Navarro salah untuk menantikan balasan dari Cina.

"Apa yang kami coba lakukan adalah melukai mereka, bukan melukai kami sehingga jika kami menaikkan tarif pada 1 September maka akan lebih melukai kami, dibandingkan melukai mereka, itu konyol," kata Navarro.

Navarro menolak mengatakan negosiator AS akan berusaha melakukan perundingan dengan pemerintah Cina sebelum kenaikan tarif mulai berdampak. Kedua belah pihak dijadwalkan akan melakukan kontak melalui sambungan telepon bulan ini.

"Negosiasi ini dilakukan secara tertutup, rakyat hanya perlu bersabar," kata Navarro.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement