Jumat 16 Aug 2019 16:09 WIB

Kemarau Tak Menghalangi Gunung Kidul Panen Padi

Program BTS di Desa Ponjong bisa menjadi pilot project dan direplikasi wilayah lain.

Red: EH Ismail
Dirjen Pangan Suwandi bersama Gubernur Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X menghadiri panen padi di Gunung Kidul
Foto: Humas Kementan
Dirjen Pangan Suwandi bersama Gubernur Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X menghadiri panen padi di Gunung Kidul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Musim kemarau panjang tahun 2019 ini ternyata tidak menghalangi petani di seluruh wilayah Indonesia khususnya di Gunung Kidul Provinsi DI Yogyakarta memanen padi. Fakta ini terjadi karena dukungan program budidaya padi yang dilaksanakan Kementerian Pertanian (Kementan) yang tidak hanya berorientasi semata-mata pada peningkatan produksi saja, namun juga meningkatkan kualitas lingkungan.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyebutkan program tersebut yakni Budidaya Tanaman Sehat (BTS) sebagai langkah nyata dalam mengamankan produksi dari ancaman wereng dan daya dukung lingkungan yang menurun. Di Kabupaten Gunung Kidul, program ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2017.

"Program BTS ini awalnya dilaksanakan karena adanya serangan wereng batang coklat dan virus yang ditularkannya di beberapa sentra padi terutama di Pantura," demikian kata Suwandi dalam kunjungan kerjanya bersama Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X di Desa Ponjol, Gunung Kidul, Kamis (15/8).

Suwandi menjelaskan dengan program BTS, kini Gunung Kidul tetap memanen padi meskipun tengah terjadi musim kemarau. Hingga saat ini, bantuan yang diberikan Kementan melalui program BTS ini berupa dolomit, pupuk organik, agens hayati dan refugia. 

"Saya sangat apresiasi kepada petani disini yang masih ada panen meskipun musim kemarau. Bulan Juli-September masih bisa panen berarti ini petani juara semua," ujarnya.

Karena itu, Suwandi berharap Program BTS di Desa Ponjong bisa menjadi pilot project dan direplikasi wilayah lain. Bahkan bisa menjadi setingkat lebih tinggi, yakni beralihlah ke semi organik atau organik agar tanah menjadi subur, lingkungan bagus dan beras yang dikonsumsi sehat dan harga jual juga tinggi.

"Secara ekonomis, usahatani ini cukup menguntungkan. Dengan hasil rata-rata per hektar Rp 40 juta per musim dan biaya jika dihitung sekitar Rp 15 juta per musim, jadi untung Rp 25 juta per musim," sebutnya.

"Ini sangat menarik. Tapi saya pun mengingatkan agar petani memakai benih unggul bersertifikat agar hasilnya terjamin bagus," pinta dia.

Perkuat Daya Tawar Petani

Suwandi memberikan lima jurus guna memperkuat daya tawar petani sehingga posisi petani menjadi lebih kuat dan petani tidak lagi mengeluhkan harga naik atau turun karena harga itu akibat, bukan penyebab. Lima jurus itu mampu menjadikan petani mengatasi penyebab harga input saat naik maupun output saat turun. 

"Pertama perbaikan sistem produksi melalui efisiensi input seperti pupuk organik, pestisida nabati dan hayati," bebernya.

Kedua, kata Suwandi, petani harus bisa mendorong meningkatkan kapasitas kelembagaan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menjadi lembaga ekonomi seperti koperasi, BUMP, BUMR maupun korporasi agar mempermudah akses input, permodalan dan pasar.

Ketiga, hilirisasi dengan pasca panen, pengolahan dan pengemasan. Keempat memperpendek rantai pasok bermitra dengan industri dan pasar.

"Dan terakhir, kelima, tolong kembangkan pasar lelang dan stratup. Saatnya posisi petani menjadi price maker, bukan price taker," tandasnya.

Kepala Desa Ponjol, Gunung Kidul, Arif Al Fauzi menyatakan Program BTS yang dimulai tahun 2017 ini telah memberikan nyata, yakni mampu meningkatkan produktivitas padi. Buktinya, di luas hamparan 50 ha, produktivitas bisa meningkat dari sebelumnya 6 hingga 8 ton/ha menjadi 9,2 ton/ha berkat adanya Program BTS. 

"Tidak hanya peningkatan panen, tapi juga disini kualitas tanah lebih baik dari PH 3 sampai 4 bisa naik jadi 5," katanya.

Arif mengakui aplikasi dolomit dan pupuk organik mampu membantu memperbaiki struktur tanah dan tanah akan lebih tahan dari serangan hama. Bahkan adanya refugia di pematang mampu memperbaiki ekosistem sehingga dapat melestarikan musuh alami.

"Begitu pun lahan menjadi lebih baik dan tidak tercemar residu pestisida berlebihan," akuinya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Drajat mengharapkan pengawalan dan pendampingan yang intensif untuk kegiatan ini. Pasalnya, budidaya padi merupakan program prioritas sektor pertanian Gunung Kidul.

"Kami dari kabupaten Gunungkidul tetap memprioritaskan padi dan dengan cerita dari Pak Kades tadi pastinya memberi semangat petani disini untuk tetap berproduksi," cetusnya.

Pada kunjungan ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyerahkan bantuan ke beberapa petani. Sultan berpesan pentingnya etos kerja. 

"Silahkan Pak Kades di 3 desa ini berkirim surat ke saya apa yang dibutuhkan, dan saya akan memberi kesempatan untuk kita dialog lagi membahas kepentingan desa ini ke depan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement