REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gema bunyi besi kapal bekas yang beradu terdengar memekakkan telinga. Suara desis las diiringi suara besi berdebum bersahutan, saat memasuki lokasi pembelahan kapal di kawasan Cilincing, Jakarta Utara.
'Membelah kapal' sebutan yang disematkan pada kegiatan mempreteli kapal-kapal tua menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bahan logam dari kapal ini kemudian akan dijual kembali sebagai bahan peleburan logam baru.
Usaha 'belah kapal' merupakan usaha yang sudah puluhan tahun beroperasi di kawasan ini. Seiring waktu ada yang masih bertahan dan ada pula yang sudah gulung tikar. Biasanya yang gulung tikar disebabkan modal usaha yang digunakan sudah habis dan mengalami kerugian besar.
Risiko kerugian yang dihadapi pengusaha biasanya karena salah memprediksi berat besi kapal yang akan di jual nantinya.
“Biasanya pengusaha rugi, karena kalau beli kapal itu ya kita kira-kira aja memprediksi berapa berat kapalnya, misalnya satu kapal harganya 3,5 miliar dengan berat 850 ton, tahunya pas sudah di potong terus di jual besinya enggak sampai 800 ton kan jadinya rugi, pabrik tutup,” kata Satriawan (32) warga di sekitar lokasi pembelahan kapal Cilincing.