Sabtu 24 Aug 2019 05:05 WIB

Ummu Ruman, Bidadari yang Penuh Ketaatan

Beragam siksaan dari kafir Quraisy turut dirasakannya.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tak sekadar cantik, Ummu Ruman juga memiliki budi pe kerti luhur dan se nan tiasa taat ke pa da Allah SWT. Sebagai seorang wanita, istri Abu Bakar Ash Shiddiq ini memang nyaris sempurna.

Apalagi, ia dikenal pula dengan kesabaran sekaligus kefasihannya dalam bertutur kata. Muslimah bernama lengkap Zainab binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams bin Al Harits bin Ghanm bin Malik bin Kinanah itu termasuk kelompok pertama yang masuk Islam dan memperjuangkan agama Allah.

Ummu Ruman merupakan putri Amir bin Uwaimir bin Ab dullah Syams bin 'Itab bin Udzai nah bin Ghanam bin Malik bin Kinanah. Ia dibesarkan di sebuah perkampungan dekat pegunungan dan perbukitan di Jazirah Arab bernama As Sarah.

Setelah dewasa, Ummu Ru man pertama kali dinikahkan de ngan pemuda terpandang di kaumnya bernama Harits bin Su khairah Al Azdi. Dari pernikahan tersebut, lahir seorang anak, yaitu Ath Thufail.

Dari As Sarah, Harits kemudian mengajak istrinya ke Makkah. Sesuai tradisi bangsa Arab ter dahulu, setiap orang asing yang bermukim di suatu daerah, harus meminta perlindungan ke pada orang terpandang di wilayah setempat guna menjamin keamanannya.

Keluarga kecil itu lalu meminta perlindungan Abu Bakar. Pe ris tiwa tersebut terjadi sebelum datangnya Islam ke dunia. Sayangnya, Harits tak berumur panjang, sebab ia meninggal setelah setahun tinggal di Makkah. Berdasarkan tradisi bangsa Arab pula, menikahi janda sahabat merupakan penghormatan bagi mendiang sahabatnya. Maka, Abu Bakar kemudian menikahi Ummu Ruman sekaligus merawat Ath Thufail.

Dengan begitu, Ummu Ruman menjadi istri kedua Abu Bakar. Dari istri pertamanya, sahabat Rasululullah itu mempunyai dua anak, yakni Asma dan Abdullah. Dari pernikahan dengan Ummu Rumah, Abu Bakar mempunyai dua anak pula, yaitu Aisyah dan Abdurrahman. Seperti diketahui, Aisyah lalu dinikahkan dengan Rasulullah SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul, Abu Bakar merupakan orang pertama yang masuk Islam. Ia lantas mengajak istri dan anak-anaknya turut me yakini Islam.

Tanpa protes, Ummu Ruman menyambut ajakan tersebut. Ru mah Ummu Ruman pun menjadi rumah kedua yang dinaungi Islam setelah rumah Rasu lu llah. Sejak itu, Baginda Nabi sering datang ke rumah Abu Bakar. Ummu Ruman juga selalu menyambut beliau dengan ramah.

Peran Ummu Ruman terhadap perjuangan Islam tak bisa disepelekan. Dia selalu setia mendampingi sekaligus meringankan beban Abu Bakar pada masa awal dakwah Islam. Beragam siksaan dari kafir Quraisy turut dirasakan Ummu Ruman.

Walau demikian, sang mujahidah tak menyerah. Dirinya tetap tegar menghadapi segala siksaan. Keimanan pada Allah sudah tertancap kuat di sanubarinya. Sejarah mencatat pula sosok Ummu Ruman sebagai ibu tela dan. Pasalnya, ia telah mendidik anak-anaknya secara baik hingga muncul pribadi luar biasa, seperti Aisyah serta Abdurrahman.

Ketika Rasulullah SAW datang melamar putrinya atas perintah Allah, Ummu Ruman menyambutnya penuh kebahagiaan. Tak lama setelah Rasul dan Aisyah menikah, Allah memerintahkan Nabi Muhammad berhijrah. Abu Bakar yang diminta mendampingi hijrah Rasul kemudian langsung memohon izin kepada istrinya. Tanpa keraguan, sang istri pun memerintahkan suami nya berhijrah bersama Nabi. Padahal, saat itu, penyiksaan dan kezaliman kafir Quraisy makin parah.

Selama ditinggal sang suami ke Madinah, Ummu Ruman maju sebagai kepala keluarga. Dia tak pernah gentar, bahkan ketika kafir Quraisy terus menerornya. Asma binti Abu Bakar bercerita, "Sepeninggal Abu bakar, Abu Jahal bin Hisyam dan te man-temannya datang ke rumah kami, lalu berdiri di depan pintu. Ketika aku menemui mereka, mereka bertanya, di mana ayahmu wahai putri Abu Bakar? Aku menjawab, demi Allah, aku tak tahu di mana ia berada." Mendengar jawaban Asma, Abu Jahal sangat marah. Ia lalu menampar pipi Asma sekeras mungkin.

Akhirnya, Ummu Ruman me nyusul ke Madinah, setelah Abu Bakar mengutus Abdullah bin Ariqazh yang diutus Rasulullah untuk membawa semua Muslim di Makkah ke Madinah. Keda tangan Ummu Ruman dan anakanaknya disambut penuh sukacita oleh kaum Muslim Madinah.

Selanjutnya, Ummu Ruman menghembuskan napas terakhir akibat sakit yang dideritanya. Rasulullah sangat menghormati ibu mertuanya tersebut, bahkan ikut turun ke dalam kuburan dan berdoa memohonkan ampun untuk Ummu Ruman.

Dari kitab Kanzul Ummal, Rasulullah pernah bersabda, "Siapa yang ingin melihat seseorang bidadari, maka hendaklah ia melihat Ummu Ruman." Ummu Ruman merupakan contoh is tri saleha serta suci yang selalu men dukung dan membantu sua minya. Kabarnya, Ummu Ruman juga membebaskan banyak budak lemah yang menyatakan diri masuk Islam. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement