Jumat 27 Sep 2019 06:08 WIB

Hasil Kebocoran Minyak Telah Diserahkan ke Pengolah

Sisa minyak yang ada di lingkungan masih dalam proses pemulihan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
PHE ONWJ memasang oil bom sepanjang 5 kilometer untuk mengantisipasi tumpahan minyak di Karawang.
Foto: Pertamina
PHE ONWJ memasang oil bom sepanjang 5 kilometer untuk mengantisipasi tumpahan minyak di Karawang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, hasil tumpahan minyak sudsh diserahkn ke pihak pengolah yang berizin. Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) telah enghubungkan relief well dengan sumur YYA-1 yang bocor sejak Juli lalu. 

"Hasil tumpahan minyak sudah diserahkan ke pihak pengolah yang berizin," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Sigit Reliantoro dalam pesan singkat kepada Republika.co.id, Kamis (26/9). 

Menurut dia, limbah tersebut langsung ditangani sementara sisa-sisanya yang ada di lingkungan masih dalam proses pemulihan. Seperti diketahui, sumur YYA-1 di Laut Jawa dilaporkan mengalami kebocoran pada 12 Juli 2019. Insiden ini menyebabkan munculnya gelembung gas dan tumpahan minyak mentah di perairan Karawang, Jawa Barat. Belakangan, sebaran minyak mentah itu meluas hingga wilayah Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. 

Terakhir berdasarkan catatan Pertamina, jumlah volume tumpahan minyak yang berhasil dikumpulkan selama 69 hari sejak kejadian mencapai 42.034 barel fluida di laut dan sebanyak 5.747.572 karung di daratan. Penanganan sumur yang bocor diakui telah menghabiskan uang dalam jumlah tidak sedikit. Pembangunan relief well untuk menyumbat sumur YYA-1 saja telah menelan dana antara 7,5 juta hingga 10 juta dolar AS.

Selain itu, Pertamina sebagai perusahaan pelat merah juga gelah menggelontorkan dana kompensasi kepada warga yang terdampak tumpahan minyak. Terkait dengan rencana Pertamina untuk mendaur ulang limbah, Sigit berpendapat apabila suatu zat sudah masuk dalam kategori limbah maka tidak dapat didaur ulang. 

"Setahu saya kalau sudah masuk kategori limbah tidak ada rencana daur ulang," pungkasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement