Rabu 02 Oct 2019 00:28 WIB

Mesir Pamerkan Peti Mati Emas Dinasti Ptolemeus

Peti mati berlapis emas era dinasti Ptolemeus dikembalikan ke Mesir pekan lalu.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Museum Fitzwilliam
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO --- Peti mati berlapis emas era dinasti Ptolemeus pada 50 Sebelum Masehi dipajang di Museum Nasional Peradaban Mesir (NMEC) di distrik Fustat, Kairo pada Selasa (1/10). Menurut Menteri Barang Antik Mesir, Khaled al-Anany dalam konferensi pers menjelaskan bahwa peti mati itu adalah peti mati seorang pimpinan Mesir kuno yakni Nedjemankh.

Peti mati itu dikembalikan ke Mesir pekan lalu setelah ditetapkan sebagai barang antik yang dijarah. Peti mati itu pernah dipamerkan di Museum Seni Metropolitan New York setelah dibeli dari dealer seni Paris pada 2017 dengan harga empat juta dolar AS. Menurut Khaled al-Anany peti mati itu diseludupkan melalui dokumen-dokumen palsu termasuk izin ekspor Mesir tahun 1971.

“Ini bukan hanya untuk orang Mesir tetapi untuk warisan manusia, kita bersama,” kata Khaled al-Anany dihadapan duta besar asing yang menghadiri pameran di NMEC seperti dilansir Xinhua.

Anany pun mengatakan pemulangan artefak itu menunjukan solidaritas yang kuat antara Mesir dan Amerika Serikat. Ia pun berterima kasih pada AS atas kerja sama dalam pengembalian benda berharga itu. Rencananya pada 2020, peti mati itu akan dipamerkan Museum Agung Mesir.Menurut Jendral pengawas Departemen Pemulihan Barang Antik Mesir, Shaaban Abdel Gawad, peti mati yang disepuh emas itu telah dijarah dan diselundupkan ke luar negeri pada 2011.

Selama hampir 20 bulan Kantor Kejaksaan Distrik Manhattan pun telah melakukan penyelidikan setelah Mesir menyerahkan bukti kepemilikan. Menurut Abdel Gawad peti mati itu tak diberikan atau dijual oleh Mesir ke negara manapun. Ia menjelaskan sebelum diberlakukannya Undang-Undang Perlindungan Purbakala pada 1983 hukum di Mesir memang mengizinkan biasanya ekspor beberapa artefak.

Peti mati itu ditutupi lapisan emas bertuliskan Nedjemankh yakni seorang pimpinan tinggi Heryshef dari kota Herakleopolis di Provinsi Beni Syarif. Pengembalian peti mati itu juga tak lepas dari perjanjian antara Mesir dan Amerika tentang perlindungan barang antik Mesir pada 2016. Abdel Gawad menambhakan peti mati sepanjang 2 meter itu sempat dipugar di museum bergengsi di Amerika itu, lantaran bagian kaki peti mati mengalami rusak.

“Kembalinya peti mati yang unik ini adalah pesan untuk semua museum, pameran, koleksi pribadi, dealer di seluruh dunia bahwa Mesir tidak akan pernah meninggalkan warisan yang dicuri,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa Mesir terus berjuang untuk mengembalikan semua benda-benda bersejarahnya. Kendati menurutnya perlu upaya lebih untuk melacak ratusan barang yang dijarah di luar negeri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement