REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin (7/10) pagi. Penurunan ini memperpanjang kerugian besar pekan lalu, karena para pedagang khawatir perlambatan ekonomi global akan membebani pertumbuhan permintaan minyak di masa depan.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 24 sen menjadi diperdagangkan di 58,13 dolar AS per barel pada pukul 08.47 WIB. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berkurang 12 sen menjadi diperdagangkan di 52,69 dolar AS per barel.
Kedua kontrak pekan lalu berakhir dengan penurunan lebih dari lima persen setelah data manufaktur suram dari Amerika Serikat dan Cina karena pertikaian yang masih berlangsung antara negara-negara top dunia merugikan pertumbuhan global dan meningkatkan risiko resesi. Para pejabat AS dan Cina akan bertemu di Washington pada 10-11 Oktober dalam upaya baru berikutnya yang sangat dinanti untuk menyelesaikan suatu kesepakatan.
Di sisi pasokan, dimulainya kembali lebih cepat dari yang diperkirakan dalam produksi Arab Saudi setelah serangan 14 September pada fasilitas produksi utama juga memberikan tekanan turun pada harga minyak, meskipun Timur Tengah tetap tegang. Di Irak, produsen terbesar kedua di antara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), kerusuhan anti-pemerintah yang mematikan merupakan tantangan keamanan dan politik terbesar sejauh ini kepada pemerintah tahun lalu Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi.
Pasokan global juga menghadapi tekanan dari perbaikan dan pemeliharaan fasilitas.
Ladang minyak Buzzard di Laut Utara Inggris telah ditutup untuk pekerjaan perbaikan pipa, kata juru bicara CNOOC Cina, Jumat (4/10). Buzzard adalah kontributor utama aliran minyak mentah Forties, yang terbesar dari lima kelas minyak Laut Utara yang menopang masa depan minyak mentah Brent.