REPUBLIKA.CO.ID, *Oleh Feri Anugrah
Hidup itu faktanya memang dinamis, selalu terjadi dua yang saling bertukar: kebahagiaan dan kedukaan. Kebahagiaan yang datang, tak terkira senangnya hidup kita, dan bagi orang beriman akan semakin bersyukur kepada Allah.
Kedukaan yang menghampiri, kesedihan yang akan timbul, dan bagi orang beriman akan ditambah dengan sabar yang luar biasa.
Diriwayatkan, dahulu ada seorang laki-laki yang tinggal di pedusunan Arab. Orang ini memiliki seekor ayam, keledai, dan anjing yang sangat membantu dan berguna dalam hidupnya.
Ayam jantan membangunkannya untuk shalat Shubuh, keledai membantunya mengangkat barang-barang bawaan, dan anjing menjaganya dari gangguan orang-orang jahat.
Pada suatu hari, datanglah serigala memangsa ayam jantannya. Orang ini sangat sedih dengan kematian ayam kesayangannya itu. Namun, karena taat pada Allah, ia berkata, Semoga kejadian ini menjadi kebaikan.
Beberapa hari kemudian, serigala itu datang lagi dan memangsa keledainya. Ia pun bersedih hati karena tidak ada lagi binatang yang akan membantunya membawa barang- barang. Namun, ia berkata, Semoga kejadian ini juga menjadi kebaikan.
Beberapa hari kemudian, anjing kesayangannya pun mati juga sehingga membuat ia semakin bersedih hati. Namun, ia tetap saja mengatakan dengan dengan penuh kesabaran, Semoga kejadian ini juga menjadi kebaikan.
Setelah kejadian yang membuat sedih hati itu berlalu beberapa waktu, ketika ia bangun pada suatu pagi, ia kaget karena melihat orang- orang di sekelilingnya telah ditawan. Yang tersisa hanyalah ia dan keluarganya. Ternyata mereka ditawan karena memiliki binatang- binatang peliharaan yang selalu menimbulkan keributan.
Sementara itu, ia dan keluarganya selamat karena ayam, keledai, dan anjing yang sebelumnya jadi miliknya telah tiada dimangsa serigala. Kematian binatang-binatang tersebut telah menjadi suatu kebaikan baginya sesuai dengan yang telah ditakdirkan Allah.
Rencana Allah itu memang indah, bukan? Namun, kita terkadang suka terlalu cepat menyimpulkan kepahitan hidup yang datang dengan sering menggerutu dan mengatakan, Allah itu tidak adil kepada saya. Padahal, di balik semua kepahitan ada hikmah luar biasa.
Sesungguhnya, ukuran dan kualitas iman seseorang di muka bumi, satu di antaranya bisa dibuktikan dengan seberapa sabar menerima irama takdir Allah. Jika lulus dengan ujian kesabaran tersebut, tentu balasan Allah jauh lebih baik dan memuliakan siapa pun yang menerimanya dengan senang hati.
Seni hidup di dunia, sejatinya mampu bersabar dengan putaran takdir Allah. Syukur kala kebahagiaan datang, syukur kala kepahitan menghampiri, adalah dua senjata orang beriman agar setiap langkah hidup menjadi ibadah, tidak dihadapi dengan menggerutu.
Terlebih lagi, menghindari perasaan buruk sangka kepada setiap ketentuan Allah. Tetaplah kita di jalan Allah meskipun kesulitan hidup datang. Ingat, rencana Allah itu sebaik dan sesempurna-sempurna rencana.
Sejatinya, kita ingat bahwa segala sesuatu yang menimpa kita datangnya dari-Nya. Tidak mungkin Allah memberi takdir yang menyengsarakan karena kita yakin kasih-Nya lebih besar daripada murka-Nya. Mari nikmati rahasia Allah sebagai wujud nyata bahwa kita orang-orang beriman atas segala takdir-Nya.