REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Patrice Evra terkenal sebagai legenda hidup Manchester United. Nyaris semua gelar di level klub, telah diraih Evra saat berseragam United.
Meski demikian, selama sembilan musim memperkuat Iblis Merah, pesepak bola asal Prancis itu merasa seperti liburan. Ia mengaku mendapat tantangan lebih berat ketika pindah ke Juventus. Ini bukan terkait target meraih trofi, melainkan lebih ke pola latihan. Sebab, baik MU maupun Juventus sama-sama menargetkan semua gelar.
Saat berseragam Hitam-Putih, kata dia, para pemain bahkan berlatih pada hari pertandingan. Ia bangga pernah membela Juventus, meski cuma dua setengah musim.
"Itu salah satu tantangan paling sulit dalam hidup saya. Anda mendapat jatah libur sehari dalam sebulan," kata sosok yang kini berusia 38 tahun kepada Sky, dikutip dari Football Italia, Selasa (22/10).
Menurut dia, pihak klub mengendalikan segalanya. Padahal Evra termasuk pemain yang lebih suka mengatur dirinya sendiri.
Hal itu tidak sepenuhnya berlaku di Juventus. Sampai makan pun, lebih banyak ia habiskan di sela-sela latihan di klub.
"Ini sangat penting bagi pemain muda. Juventus memiliki DNA kerja keras. Saya melihat beberapa pemain muntah, dan mereka masih menyelesaikan sesi latihan," ujar Evra, mengisahkan.
Ia diminta berlari hingga 12 km per pertandingan. Ia sampai merasa hal tersebut kurang masuk akal, lantaran mereka kerap menguasai bola.
Pada kenyataannya, jarak tempuh yang ia capai cuma sampai 10 km. "Pelatihannya lebih sulit dari pertandingan. Beberapa orang mengatakan lebih mudah bermain di Italia, tapi mereka bahkan tidak bisa berlatih. Itu mengejutkan saya," tutur Evra.
Sewaktu di Juventus, mantan pilar tim nasional Perancis meraih dua scudetti dan tampil di final Liga Champions. Selama dua setengah musim, ia tampil dalam 82 laga di berbagai ajang dan mencetak tiga gol.