Rabu 30 Oct 2019 17:25 WIB

Kementan Optimalkan Pasokan Impor untuk Tutup Defisit Daging

Kebutuhan nasional daging sapi pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 686.271 ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Pedagang daging menanti pembeli di los daging sapi Pasar Senen, Jakarta, Senin (16/9).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang daging menanti pembeli di los daging sapi Pasar Senen, Jakarta, Senin (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan total kebutuhan stok daging sapi periode Oktober-Desember 2019 diperkirakan mencapai 168.870 ton. Sementara, persediaan daging sapi dalam negeri diperkirakan hanya mencapai 99.558 ton sehingga terdapat defisit 69.132 ton.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi defisit daging sapi akhir tahun. Ia mengatakan, kekurangan persediaan daging sapi dalam negeri bakal dipenuhi dari pasokan impor.

Baca Juga

Di antaranya yakni stok sapi bakalan yang terdapat di perusahaan penggemukkan atau feedlotter sebanyak 216.544 ekor, stok daging sapi impor, stok daging kerbau impor, hingga stok jeroan dengan total volume keseluruhan sekitar 77.060 ton. Pasokan tersebut bakal diandalkan untuk menutup defisit persediaan daging sapi lokal. 

"Ini berarti stok persediaan daging untuk periode Oktober-Desember akan terdapat surplus sebesar 7.748 ton. Dengan data yang ada, kami yakin sampai akhir tahun stok daging sapi kita mencukupi," kata Ketut secara tertulis kepada Republika.co.id, Rabu (30/10).

Mengutip data Direktorat Jenderal PKH Kementan, kebutuhan nasional daging sapi pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 686.271 ton, naik dari tahun lalu sebesar 662.541 ton. Sementara, untuk produksi dalam negeri tahun ini diprediksi baru bisa mencapai 404.591 ton (setara 2,25 juta ekor) dari prediksi tahun lalu sebesar 403.349 ton (setara 2,24 juta ekor).

Berdasarkan proyeksi tersebut, Ketut menyatakan, kenaikan permintaan daging sapi di dalam negeri lebih tinggi dari pada peningkatan produksi dalam negeri. Sebab, dari proyeksi itu, defisit daging sapi meningkat dari 259.192 ton menjadi 281.681 ton.

Ketut pun menegaskan, demi menutupi kenaikan permintaan yang lebih tinggi daripada peningkatan produksi, pasokan impor daging sapi dan daging kerbau ditambah dari 275.554 ton tahun 2018 menjadi 291.980 ton pada tahun 2019. Dari total alokasi impor tahun ini, 100 ribu ton terdiri dari daging kerbau beku, 92 ribu ton berasal dari daging sapi beku, serta 99.980 ton dari impor sapi bakalan sebanyak 500.000 ekor.

Lebih lanjut, Ketut, menyatakan secara umum Indonesia mulai bisa mandiri dalam penyediaan protein hewani dalam negeri. Kebutuhan daging ayam dan telur ayam ras telah melebihi dari kebutuhan. Namun memang, kebutuhan khusus daging sapi masih memerlukan dukungan impor.

Pihaknya meyakini, lewat program pengembangan sapi yang masih terus dikerjakan pemerintah, swasembada daging sapi bisa dicapai pada tahun 2026 mendatang. "Kami harapkan dengan ketersediaan stok pangan asal hewan yang cukup ini, harga semestinya stabil sampai akhir tahun dan konsumen bisa tenang," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement