Mengembangkan digitalisasi dan model bisnis baru Rumah Zakat (RZ) menjadi konsen Irvan Nugraha, Direktur Marketing RZ saat ini. Hal ini sejalan dengan target RZ pada 2020, yaitu menjadi “World Digital Model Philantrophy Institution”.
Target tersebut dicanangkan setelah Rumah Zakat (RZ) mencanangkan berbagai target sebelumnya. Seperti pada 2016, RZ mencanangkan menjadi “World Model Philanthrophy Institution”, pada 2010 RZ ingin memberikan manfaat di dunia internasional sehingga mencanangkan menjadi “World Class NGO”, dan pada 2006, RZ menjadi “insitusi zakat nasional”.
RZ berdiri pada 1998 di Bandung yang saat itu masih berupa institusi sosial yang masih dikelola secara tradisional. Saat ini, RZ telah menyalurkan zakat untuk 30 juta orang penerima zakat, melakukan pemberdayaan di 1510 desa, 18 sekolah, dan 8 rumah sakit. Saat ini, RZ telah memiliki 38 cabang di 18 provinsi dan mempunyai mitra cabang di 30 negara. “RZ juga saat ini menjadi Status Special Consultative PBB,” ujar Irvan.
Irvan menjabat Direktur Marketing RZ sejak 2016. Sebelumnya, Irvan menjabat sebagai Relationship Management Division Head RZ (2005-2011) dan Direktur Agro Niaga Abadi (2011-2013). Pria kelahiran Desember 1981 ini telah berkecimpung di karir filantropi internasional selama 14 tahun.
Menurutnya, di Indonesia iklim kompetisi untuk menghimpun zakat dan shadaqah sangat menarik. Terutama karena pemerintah mendirikan badan yang menghimpun shadaqah juga seperti BAZNAS dan LAZNAS. Saat ini, zakat yang dihimpun oleh RZ sebesar Rp 8,1 triliun atau 3% dari potensi zakat Indonesia, yaitu Rp 252 triliun.
Pertumbuhan industri zakat konvensional rata-rata 20% per tahun sedangkan pertumbuhan crowdfunding sebesar 250% pert tahun. “Untuk itu, kami ingin mendigitalisasi dua hal, yaitu growing digital mindset dan growing digital customer experience.
Di 2017, RZ meluncurkan sharinghappiness.com, yaitu model bisnis baru sebagai crowdsurfing dan crowdfunding digital platform. Lalu di 2019, RZ meluncurkan Lelang Bintang, yaitu bisnis model di mana para artis melelang barang-barangnya kepada fans dan Infak.id (digital platform untuk berdonasi).
Kemudian ada juga Afiliate Marketing, yaitu orang-orang dapat menjadi konsultan zakat. “Contoh prestasi kami yaitu infaq.id dari awal 2019 hingga sekarang bisa menghimpun dana sampai Rp 14 miliar,” ungkapnya.
Menurutnya, ancaman bagi RZ adalah munculnya digital platform yang memberikan kemudahan donasi dan digital experience dalam membayar zakat, infaq, shadaqah (ZIS) sehingga RZ harus terus berinovasi. Selain itu, undang-undang zakat terkait kebijakan sentralisasi ZIS, dan adanya inovasi program dari lembaga lain.
“Ketika strength bertemu opportunity, kami menciptakan transformasi digital untuk meningkatkan digital customer experience dan digital operational process. Sedangkan ketika strength bertemu threat, kaki menciptakan new business model. Inilah tantangan kami,” kata Irvan yang saat ini tengah mengembangkan model bisnis digital RZ dengan mendirikan beberapa startup.
Di 2019, manajemen RZ ingin menguatkan entrepreneurial spirit untuk mencapai “World Digital Charity Organization”. Oleh karena itu, pihaknya harus mengejar produktivitas dengan kondisi saat ini, sehingga RZ mengoptimalkan peluang di tengah-tengah keterbatasan yang ada. “Semuanya kami jaga dengan nilai-nilai syariah,” cetusnya.
Target lainnya, RZ ingin membuat 5200 desa berdaya di 2023, RZ juga ingin berkontribusi di aksi kemanusiaan negara lain, dan ingin mencoba menaikkan penghimpunan dana berkali-kali lipat. Untuk itu, pihaknya sudah kolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah, dengan korporasi, dan di luar negeri bekerja sama dengan Zakat Foundation Amerika untuk memfasilitasi warga Indonesia di sana dalam membayar zakat.
“Kami membangun jejaring tidak hanya di Indonesia tapi juga di tingkat global. Untuk itu kami memperkuat divisi overseas,” ungkapnya.