Selasa 03 Dec 2019 22:57 WIB

Pentingnya Wawasan Sebagai Kunci Menumbuhkan Toleransi

Wawasan dan pengetahuan penting memunculkan toleransi.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Wawasan dan pengetahuan menjadi bekal penting menumbuhkan toleransi. Foto Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral berdampingan.
Foto: Republika/Ali Said
Wawasan dan pengetahuan menjadi bekal penting menumbuhkan toleransi. Foto Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral berdampingan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Toleransi merupakan salah satu buah dari moderasi beragama, yakni kemauan dan kemampuan seseorang untuk menghormati perbedaan yang ada pada orang lain. 

Untuk menjadi seorang yang toleran terhadap perbedaan yang ada pada orang lain, seseorang harus mempunyai wawasan dan pengetahuan yang beragama serta rasa kepekaan terhadap hubungan kemanusiaan. 

Baca Juga

Inilah salah satu yang menjadi pembahasan dalam seminar moderasi beragama di kalangan milenial yagn diselenggarakan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI di Auditorium H M Rasjidi Jakarta pada Selasa (3/11). 

Seminar tersebut menghadirkan beberapa pembicara diantaranya mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, Ketua Umum PB HMI, Respiratori Saddam Al Jihad, Ketua Umum PB PMKRI, Juventus Prima Yoris Kago, dan CEO Inspirasi, Fahd Pahdepie. 

Menurut Lukman, menghormati dan menghargai pihak lain pelu dilakukan baik oleh kelompok minoritas maupun kelompok mayoritas. Dengan begitu timbul toleransi terutama antarpemeluk agama. 

Lukman menjelaskan, moderasi beragama merupakan cara seorang pemeluk agama dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama sehingga berada pada posisi moderat atau tidak berlebih-lebihan. 

“Moderasi beragama itu cara kita bergama, memahami dan mengamalkan ajaran agama yang harus senantiasa dijaga dijalur tengah agar tidah berlebih-lebihan ke kanan atau terlalu ke kiri,” tutur Lukman. 

Di tengah kelompok yang memahami agama hanya berdasarkan teks atau ultra konservatif serta kelompok yang permisif dan liberal, menurut Lukman moderasi agama menjadi penting di tengah-tengah keberagaman yang ada. 

Lukman mengatakan untuk mencapai toleransi juga memerlukan pemahaman terhadap perbedaan yang ada baik pada pemeluk agama yang berbeda maupun yang seagama dengan pemahaman dan pangdangan mazhab yang berbeda. 

“Moderasi agama adalah upaya never ending untuk senantiasa menjaga agar yang terlalu kiri dan kanan kita rangkul dan ayomi, bukan kita nafikan. Jadi cara kita beragama yang perlu dimoderasi,” katanya. 

Lukaman menjelaskan moderasi agama yang sudah masuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional menjadi tanggungjawab setiap kementerian dan lembaga untuk mengarus utamakan moderasi beragama dalam setiap programnya. Lukamn menegaskan untuk dapat memahami tentang moderasi agama seseorang pemeluk agama perlu menambah pemahaman dan wawasan tentang keberagaman yang ada di sekitaranya. 

“Yang harus digaris bawahi juga adalah pemahaman bahwa ketika saya toleran itu seakan-akan meredusksi iman saya, ini sesuatu yang harus diluruskan, justru sebaliknya kalau saya bertoleransi itu memperkuat keimanan akrena agama yang saya yakini mengharuskan untuk menghargai orang lain,” katanya. 

Sementara Juventus Prima Yoris Kago menilai pemahaman tentang moderasi beragama perlu menajdi perhatian semua kalangan, muali dari generasi milenial, organisasi kemasyarakatan hingga pemerintah. Moderasi beragama dan kesadaran beragama menurutnya juga perlu didorong melalui pendidikan agama, memperbanyak dialog antar kalangan dan genersi, tata kelola ruang publik yang kini banyak diisi dengan wacana yang membuat dikotomi, serta menghidupkan kembali sosio kultur. 

Lebih dari itu, menurutnya, generasi milenial juga perlu menyebarkan pemahaman tentang moderasi beragama melalui media sosial yang diniali dapat lebih efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan di tengah keberagaman.

“Moderasi beragama dan kesadaran beragama itu sudah menjadi bagian hidup kita, kesadaran masing-masing kita untuk memulai memanusiakan manusia yang lain, kesadaran seperti ini yang harus dihidupkan,” katanya.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement