Jumat 06 Dec 2019 17:17 WIB

Solo Kembangkan Destinasi Wisata Airbrush

Solo menetapkan kawasan Kestalan sebagai destinasi wisata airbrush.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Indira Rezkisari
Peserta menggambar mural saat mengikuti Lomba Mural Shelter Airbrush di Kestalan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/12/2019). Lomba mural yang diikuti 19 peserta tersebut untuk memperindah dan mempercantik pusat kawasan pengecatan airbrush agar dapat menarik turis.
Foto: Antara
Peserta menggambar mural saat mengikuti Lomba Mural Shelter Airbrush di Kestalan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/12/2019). Lomba mural yang diikuti 19 peserta tersebut untuk memperindah dan mempercantik pusat kawasan pengecatan airbrush agar dapat menarik turis.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengembangkan shelter pedagang kaki lima (PKL) di Kelurahan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, menjadi destinasi wisata airbrush. Sebanyak 45 unit shelter PKL di kawasan Kestalan diresmikan oleh Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Jumat (6/12).

Wali Kota berharap, destinasi wisata baru di Kestalan tersebut dapat menunjang peningkatan ekonomi warga setempat. "Citra kawasan Kestalan kini sudah berubah. Dulu hanya identik dengan keberadaan para pekerja seks komersial (PSK), tapi kini sudah ada destinasi wisata airbrush," ucap Wali Kota di acara tersebut.

Baca Juga

Rudyatmo menjelaskan, pembangunan shelter yang digunakan para pelaku usaha cat hias tersebut diiringi penataan lingkungan. Misalnya, jalanan di depan shelter sudah diaspal. Selanjutnya, akan dibangun gapura dari rangka alumunium.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Heru Sunardi menyatakan, pembangunan 45 unit shelter PKL tersebut menghabiskan dana dari APBD senilai Rp 299,27 juta. Sebagian materialnya diambil dari bekas kios darurat pedagang Pasar Klewer di Alun-alun Utara Keraton Solo yang sudah tidak terpakai.

"Sebelum diresmikan, kami juga menggelar lomba mural untuk menghias shelter-shelter ini," ujar Heru.

Kepala Bidang PKL Dinas Perdagangan Kota Solo, Didik Anggono, mengungkapkan ide pengembangan shelter PKL airbrush tersebut didasarkan pada pertimbangan lokasi usaha yang dianggap kumuh. Sebelumnya, lokasi PKL tersebut merupakan lahan tambahan halaman rumah atau kios yang menutupi saluran di bawahnya. Sehingga saluran tersebut tidak bisa dibersihkan.

Kemudian, saat mendirikan ulang shelter-shelter tersebut, Pemkot memutuskan untuk menaikkan bagian bawah selter sekitar 50 sentimeter dari permukaan tanah.

"Jadi saluran di bawahnya bisa terlihat dan kalau kotor bisa segera diperbaiki. Dengan demikian shelter-shelter ini tidak menyebabkan saluran air mampet dan menjadi lebih rapi," terang Didik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement